Peran Teknologi Pada Program Anak Usia Dini

 

Teknologi akan memecahkan semua masalah kita dan Ini akan meningkatkan keterampilan akademik, mengurangi angka putus sekolah, menghilangkan kesenjangan rasial dalam prestasi akademik, dan meningkatkan nilai SAT. Dan itu akan membuat kehidupan para guru lebih mudah. Yah, mungkin tidak mencapai semua tujuan, namun teknologi pendidikan memang memiliki tempat pada anak usia dini. Hal ini tergantung pada program anak usia dini untuk tujuan program dan tujuan untuk setiap siswa. Dan itu tergantung pada bagaimana komputer dimasukkan ke dalam kurikulum anak usia dini (Haugland,2000).

Apakah Pengembangan Komputer itu tepat?

Untuk mengevaluasi apakah komputer sesuai dengan tahapan perkembangan anak untuk usia diatas tiga tahun, kita perlu menentukan kebutuhan perkembangan anak-anak ini. Anak-anak usia ini dalam perkembangan Piaget pada tahap pra operasional. Ini berarti mereka adalah pelajar yang sangat tertarik menggunakan representasi simbolis yang baru dipelajari seperti berbicara, menulis, menggambar dan menggunakan angka. Selanjutnya, anak-anak usia ini sangat aktif. Mereka sering mengalami kesulitan untuk duduk diam; mereka sering membutuhkan perubahan pada modalitas belajar; dan mereka ingin pengalaman fisik yang melibatkan tarian, permainan fisik, mendaki dan olahraga. Anak pra operasional juga terus ingin mencoba dalam penguasaan bahasa, dan mengeksplorasi berbagai aspek dari perilaku sosial.

Howard Gardner telah menunjukkan bahwa anak-anak menunjukkan keragaman gaya belajar, dan bahwa cara optimal bagi banyak anak-anak untuk belajar bukanlah, pendekatan guru melainkan dapat diarahkan secara langsung pada pembelajarannya.(Gardner, 1987). Kita harus peka terhadap pendekatan belajar yang berbeda, terutama karena kami pernah melayani keragaman lebih besar dari anak-anak.

Banyak  dari kebutuhan pembangunan itu cocok dan baik dengan penggunaan yang tepat dari teknologi di dalam kelas, terutama eksplorasi, manipulasi representasi simbolis, pencocokan gaya belajar alternatif, dan merubah modalitas belajar yang masing-masing siswa dapat mengontrol kecepatan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Ini juga merupakan alat yang sangat kuat bagi siswa dengan ketidakmampuan belajar yang spesifik.

Bahayanya, adalah bahwa komputer akan digunakan hanya untuk memperkuat tren nasional menuju akuisisi keterampilan akademik sebelumnya, dan bahwa kebutuhan pembangunan penting dan yang lainnya akan diabaikan. Selanjutnya, ada bahaya bahwa kebutuhan perkembangan tidak terpenuhi melalui teknologi dan diabaikan atau radikal dikompromikan seperti permainan fisik, eksplorasi luar dari masyarakat dan alam; seni, musik dan tari; belajar keterampilan sosial tertentu dan nilai-nilai moral, dan mengalami keragaman dalam berbagai cara. Beberapa juga percaya bahwa informasi mudah diakses  melalui komputer tetapi akan mencegah anak-anak kita dari mengembangkan ketekunan, kecerdikan, keuletan, kecakapan sosial dan kerja keras yang diperlukan untuk bertahan hidup di dunia (D. Wardle, nd). Ini semua adalah ketakutan yang realistis, berdasarkan tekanan dari politisi dan kebanyakan orangtua, dan realitas selalu hadir sumber daya sangat terbatas di sebagian besar program anak usia dini dan sekolah dasar. Dan, akhirnya, ada kenyataan bahwa, terlalu sering menggnakan komputer yang digunakan dengan cara yang hanya perkembangan yang tidak pantas dan paling sering digunakan untuk diri sendiri dan praktek tujuan (Haugland, 1999). Jadi, bagaimana kita dapat menerapkan komputer ke dalam kurikulum dengan cara yang positif?

Mengintegrasikan Teknologi Ke Kurikulum

Penggunaan teknologi dalam program anak usia dini tidak harus menjadi tujuan tersendiri: tujuannya adalah untuk tidak mengajarkan anak-anak bagaimana menggunakan komputer; karena mereka dapat melakukan hal ini, mereka akan mendapatkan yang lebih , sama seperti mereka dapat belajar untuk mengendarai mobil dalam kehidupan mereka (Wardle, 1999). Penggunaan yang tepat dari teknologi di dalam kelas adalah untuk memperluas, memperkaya, menerapkan, individual, dibedakan, dan memperluas kurikulum secara keseluruhan. Dan, jelas, tujuan kurikulum berubah dengan usia, dan berbeda dari program program. Jika tujuan dari kurikulum keaksaraan untuk anak usia tertentu adalah untuk belajar menulis jurnal pribadi, maka komputer secara alami dapat mendukung bahwa melalui menulis pada perangkat lunak, kamera digital, dan metode lainnya. Tujuan ilmu yang membutuhkan belajar habitat hewan kebun binatang yang berbeda dapat ditambah dengan menggunakan ROM CD spesifik dan mengakses situs web kebun binatang. Demikian pula, mempelajari hewan punah dan terancam punah menjadi lebih nyata dan pendidikan melalui penggunaan perangkat lunak khusus dan website.

Jika komputer tidak sepenuhnya terintegrasi ke dalam kurikulum secara keseluruhan, mereka benar-benar dapat berdampak negatif terhadap kreativitas anak-anak (Haugland, 1982). Untuk mengintegrasikan komputer secara efektif, langkah-langkah ini harus terjadi:

  1. Buat tim dukungan yang mencakup orang-orang berpengetahuan teknologi, dan orang-orang yang memahami praktik sesuai dengan tahapan perkembangan;
  2. Pilih perangkat lunak sesuai dengan tahapan perkembangan;
  3. Pilih situs web sesuai dengan tahapan perkembangan;
  4. Pilih komputer yang dapat menjalankan perangkat lunak yang dipilih, dan yang dapat dengan mudah ditingkatkan;
  5. Memberikan pelatihan yang memadai dan berkala staf, baik pada penggunaan komputer, dan cara-cara mengintegrasikan komputer ke dalam kurikulum:
  6. Mengintegrasikan sumber daya komputer di dalam kelas.

 

Komputer yang ada di dalam Kelas

“Dalam pengaturan sesuai dengan tahapan perkembangan anak membuat banyak pilihan tentang kapan dan berapa lama mereka tidak seharusnya menggunakan komputer sebagai sumber belajar (Haugland, 2000, hal. 17). Anak Prasekolah dan TK , pertama harus diperkenalkan ke komputer satu per satu, atau dalam kelompok kecil. Setiap anak harus memiliki kesempatan untuk mengalami banyak kesempatan untuk mengeksplorasi 4-5 program perangkat lunak yang berbeda. Setelah setiap anak memiliki pengalaman ini, pusat komputer menjadi salah satu dari banyak pusat belajar sama pentingnya. Ini harus memiliki beberapa kursi dekat, untuk mendorong anak-anak untuk bekerja sama, dan untuk mendorong siswa lebih maju untuk bertindak sebagai tutor (sebaya). Ini juga mengembangkan kegiatan pembelajaran kooperatif. Guru dan orang dewasa lainnya harus menolak campur atau membantu anak-anak. Jumlah maksimum yang diperbolehkan untuk pusat harus ditentukan, dan daftar tunggu didirikan. Anak-anak harus menempatkan nama mereka atau nama tag jika mereka tidak bisa menulis dalam daftar.

Pendekatan ini tidak dapat dilaksanakan dengan hanya satu komputer di dalam kelas. Haugland menunjukkan rasio satu komputer untuk tujuh siswa, situasi terbaik menjadi 1-5. Jika tidak ada cukup komputer untuk pergi sekitar, lebih baik untuk memiliki dua atau tiga dalam satu kelas untuk satu atau dua bulan, dan kemudian memindahkan mereka ke dalam kelas lain, daripada memiliki satu di setiap ruang kelas sepanjang waktu (Haugland, 1999).

Penggunaan komputer di kelas terintegrasi ini tak ada habisnya. Perangkat lunak dapat digunakan untuk membuat buku, dengan tes didikte dan ilustrasi; foto anak-anak dan masyarakat dapat diambil dengan kamera digital dan kemudian digabungkan dengan teks dan gambar untuk membuat jurnal, biografi, surat kabar dinding, komunikasi sekolah / rumah, dan dokumen lingkungan. Anak-anak dapat menggunakan scanner, pemilihan font, dan aplikasi berbagai grafis, untuk mengembangkan presentasi power point untuk menunjukkan sisa kelas dan orangtua pertemuan. Dan, tentu saja, situs internet dapat diakses untuk melakukan penelitian terhadap hampir semua topik. Ada juga kesempatan yang indah untuk kegiatan korespondensi dengan anak-anak di seluruh dunia.

Kesimpulan

Dalam kebanyakan program anak usia dini dan sekolah, teknologi akan menjadi bagian dari lanskap belajar dari masa depan. Untuk memastikan teknologi baru ini digunakan secara efektif, kita harus memastikan bahwa guru terlatih dan didukung, dan bahwa program dan situs internet yang digunakan adalah sesuai dengan tahapan perkembangan, nonsexist, nonracist, non-bias terhadap orang-orang cacat, dan menghormati perbedaan agama. Selanjutnya, teknologi harus sepenuhnya terintegrasi dengan tujuan pendidikan program dan tujuan. Dan, sangat penting bahwa komputer tidak menguras sumber daya kritis dari instruksi penting lainnya – baik material dan pelatihan staf – dan bahwa mereka tidak menjadi agen atau alasan untuk bidang anak usia dini untuk mundur dari komitmen kami untuk mendidik seluruh anak di cara sesuai dengan tahapan perkembangan. Akhirnya, kita harus terus berupaya untuk menggunakan teknologi dalam cara di mana ia sangat kuat: individualistis, mengatasi ketidakmampuan belajar dan gaya belajar yang berbeda, dan membawa dunia ke dalam kelas.

Francis Wardle, Ph.D., adalah direktur untuk Pusat biracial Anak, penulis buku, Anak Besok: Memenuhi Kebutuhan multiras dan multietnis Anak di Rumah, di Program Anak Usia Dini, dan di Sekolah (CBSE), dan profesor di University of Phoenix / Colorado.

Dos dan Larangan Menggunakan Komputer di Program Anak Usia Dini

 Menyediakan pusat komputer sebagai salah satu dari banyak pusat pembelajaran sama dihargai di kelas. Memungkinkan penggunaan, akses, dan pilihan seperti yang Anda lakukan setiap pusat lainnya. Jangan gunakan waktu pada komputer sebagai hadiah untuk kegiatan lain, perilaku, dan penyelesaian tugas. Jangan hanya memungkinkan ‘baik berperilaku’ anak-anak untuk mengakses komputer.

Biarkan anak-anak mempunyai banyak waktu untuk menjelajahi bagaimana menggunakan komputer: apa yang bisa / tidak dapat terjadi, dan eksplorasi sederhana medium. Jangan mengorbankan sumber daya untuk dasar-dasar penting seperti bahan-bahan seni, blok, buku, bermain adonan, teka-teki, tabel air, peralatan bermain di luar ruangan, untuk membeli dan memelihara komputer.

Mengevaluasi semua perangkat lunak harus hati-hati, baik untuk kesesuaian perkembangan, dan untuk non exist, non racist, non stereo typical, dan tanpa kekerasan material. Dari perangkat lunak dievaluasi oleh Haugland (2000), hanya 25% dari judul Ulasan dianggap diterima. Gunakan Haugland pada perkembangan Skala Software untuk mengevaluasi perangkat lunak. (Haugland, 1997). Jangan menerima software yang dibawa dari rumah tanpa evaluasi yang sama.

Jangan gunakan pada laboratorium komputer. Sekolah umum terdapat laboratorium komputer namun menurut definisi, itu hanya mungkin untuk mengintegrasikan kurikulum kelas yang sedang berlangsung jika komputer terisolasi di laboratorium, di mana anak-anak harus hadir pada waktu tertentu di siang hari. Jangan menggunakan komputer untuk kegiatan pengeboran dan keterampilan. Ini adalah salah satu penyalahgunaan terbesar komputer dengan anak-anak (NAEYC, 1996).

Memberikan pelatihan staf cukup bahwa guru merasa nyaman baik dengan komputer di kelas, dan perangkat lunak yang dipilih (NAEYC, 1996). Pilih program komputer yang berarti bagi anak perempuan dan minoritas.

Jangan gunakan perangkat lunak yang memperkuat stereotip rasial jender /, atau yang mempromosikan kekerasan sebagai cara yang dapat diterima untuk memecahkan masalah ini termasuk cara menggunakan  games. Provide komputer untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus untuk menggunakan komputer  mendorong Rencana Pendidikan Individual (IEPs) yang menggunakan teknologi untuk mengatasi ketidakmampuan belajar yang spesifik.

Jangan biarkan penggunaan komputer untuk mengalihkan perhatian saat anak-anak dan perhatian kritis pada kegiatan anak usia dini seperti : seni, musik, bermain, interaksi sosial, eksplorasi buku, mendaki di taman bermain, dan lain-lain. Komputer tidak bisa meniru pengalaman konkret pada pembelajaran, mentoring oleh orang dewasa dan rekan-rekan yang lebih tua, dan eksplorasi dunia fisik dan alam nyata. Bahwa  software memproduksi membuat bahan sesuai dengan tahapan perkembangan yang mengembangkan dan memelihara pengetahuan dan kepekaan anak terhadap keragaman.

Jangan biarkan manufaktur, peneliti dan ahli untuk menyajikan komputer sebagai solusi ajaib untuk tantangan pendidikan dan pengasuhan kita. Membantu orang tua menjadi konsumen perangkat lunak komputer yang kritis.

 Pastikan diperlukan pelatihan dan dukungan untuk komputer di program ini tidak mengurangi dari pelatihan lain yang diperlukan dan dukungan, seperti bekerja dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus, instruksi keaksaraan, resolusi konflik, dll

Jangan biarkan penggunaan komputer untuk mengalihkan perhatian saat anak-anak dan perhatian dari kritis kegiatan anak usia dini: seni, musik, bermain, interaksi sosial, eksplorasi buku, mendaki di taman bermain, dll Komputer tidak bisa meniru pengalaman konkret, tangan pada pembelajaran, mentoring oleh orang dewasa dan rekan-rekan yang lebih tua, dan eksplorasi dunia fisik dan alam nyata. Bersikeras bahwa software memproduksi membuat bahan sesuai dengan tahapan perkembangan yang mengembangkan dan memelihara pengetahuan dan kepekaan anak terhadap keragaman.

Pastikan diperlukan pelatihan dan dukungan untuk komputer di program ini tidak mengurangi dari pelatihan lain yang diperlukan dan dukungan, seperti bekerja dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus, instruksi keaksaraan, resolusi konflik, dll

Peran Teknologi Pada Program Anak Usia Dini

PENGERTIAN LOGIKA

 

Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Logika merupakan salah satu cabang tradisional yang dibahas dalam filsafat, yang membahas persoalan tentang penyimpulan. Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu Logos yang berasal dari kata benda yang artinya perkataan atau kata sebagai manifestasi dari pikiran mereka. Secara etismologis, logika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Logika merupakan ilmu dan kecakapan menalar. Dengan kata lain logika adalah kegiatan pikir atau akal budi manusia. Untuk menentukan asal mula dari apa yang sekarang kita kenal sebagai logika, Aristoteles mencari suatu sistem yang kiranya dapat dipakai untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, yang sama tepatnya seperti halnya dalam geometri.

Logika akan dapat didefinisikan secara lebih memuaskan sebagai “penelitian tentang prinsip-prinsip penalaran yang tepat”. Logika mencakup masalah tentang analisa dari argumen, dan dengan memahami kejelasan dari ungkapannya, mencoba untuk menemukan hukum-hukum yang mampu memberikan kepastian kepada keyakinan kita akan kesahihan atau validitasnya.

Menurut Langeveld logika itu adalah kepandaian untuk memutuskan secara jitu. Logika mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengambil kesimpulan yang benar atau dengan kata lain, untuk menghasilkan pengetahuan yang benar. Unsur utama logika adalah pemikiran dan keputusan. Dalam inductivisme, pemikiran tersebut didasarkan pada pengamatan.

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dipertanggung jawabkan.

 

  1. KEGUNAAN LOGIKA

Logika digunakan sebagai alat penarikan kesimpulan yang bersifat ilmiah. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika bertugas untuk menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika bukanlah sebuah teori belaka akan tetapi logika juga marupakan keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Logika sering juga disebut sebagai filsafat yang praktis. Logika sebagai ilmu adalah suatu ilmu yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,tepat dan teratur.

Adapun beberapa kegunaan atau fungsi dari logika, yaitu: (1) membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren, (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif, (3) menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri, (4) memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis, (5) meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan, (6) mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian, (7) terhindar dari klenik , gugon-tuhon (bahasa jawa), (8) apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

 

 

 

  1. CONTOH LOGIKA

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwakesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

 

Contoh argumen deduktif:

  1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
  2. Semua kuda adalah mamalia

∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

 

Penalaran induktif—kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

  1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
  2. Kuda Australia punya sebuah jantung
  3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
  4. Kuda Inggris punya sebuah jantung

∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

 

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.

Deduktif          Induktif

Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar            Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.

Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.            Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

 

 

  1. MACAM-MACAM LOGIKA
  2. Alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

  1. Ilmiah

Logika ilmiah adalah kelanjutan dari logika alamiah, yaitu apabila manusia diberikan bimbingan secara sistematis untuk dapat menguasai pola-pola berpikir secara teratur sesuai dengan hukum-hukum ketetapan dan kebenaran berpikir. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindari kesesatan pemikiran, atau untuk mengurangi kekeliruan. Logika ilmiah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu logika formal dan logika material.

  1. Logika Formal

Menurut Tafsir, logika formal (logika saja) adalah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk (form) berpikir. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material.

Logika formal adalah cara membuat kesimpulan berdasarkan pernyataan. Pikiran mempunyai peran utama dalam logika formal, oleh sebab itu logika formal dapat disebut logika idealisme, atau logika strukturalisme, artinya pikiran adalah faktor utama (primer) yang menentukan benar atau salah dari suatu kesimpulan

Menurut uraian diatas, yang dimaksud logika formal ialah cara menarik kesimpulan berdasarkan struktur pernyataan. Penalaran atau penyimpulan dalam logika formal disebut silogisme yaitu bentuk formal dari deduksi, maka ia juga disebut logika deduktif, yang menggunakan proporsi universal sebagai premis. Contohnya : semua mahasiswa adalah calon sarjana; Lina adalah mahasiswa; jadi Lina adalah calon sarjana.

Karena logika formal itu berdasarkan pernyataan, maka pernyataan-pernyataan yang dijadikan dasar (premis) untuk menarik kesimpulan harus benar dan bentuknya tepat atau strukturnya tepat. Jika premisnya salah, kesimpulannya akan salah; dan jika premisnya bentuknya atau strukturnya salah walaupun isinya benar, maka kesimpulannya akan salah. Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dengan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal); kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Bila isinya benar, pasti bentuknya tepat; belum tentu sebaliknya. Jadi ketepatan dibicarakan oleh logika formal, kebenaran isi dibicarakan oleh logika material. Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar:

Setiap manusia akan mati. Vina adalah manusia. Jadi, Vina akan mati.

Contoh ini bentuknya tepat, tetapi isinya tidak benar:

Manusia adalah sejenis hewan. Kuda adalah (salah satu) sejenis hewan. Jadi,kuda sama dengan manusia.

Suatu kesimpulan dikatakan benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan keadaan sebenarnya.  Untuk mengetahui kesesuaian itulah tugas logika material.

 

 

  1. Logika Material

Logika material adalah cara membuat kesimpulan berdasarkan obyektif (materi). Materi mempunyai peran utama dalam logika material, oleh sebab itu logika material dapat disebut logika materialisme, atau logika realisme, artinya materi adalah faktor utama (primer) yang menentuka benar atau salah dari suatu kesimpulan.

Contoh premis yang obyektif : logam 1 dipanasi memuai; logam 2 dipanasi memuai; ogam 3 dan seterusnya dipanasi memuai; jadi semua logam dipanasi memuai. Premis yang dijadikan dasar untuk menarik kedimpulan itu adalah dari praktek; praktek membentuk pikiran atau ide. Logika material juga disebut logika praktek, atau logika induktif.

Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud logika materian adalah cara menarik kesimpulan berdasarkan kondisi obyektif (materi). Materi adalah kondisi obyektif atau kenyataan konkrit merupakan dasar pikiran untuk menciptakan pengertia (kata-kata), pernyataan (kalimat-kalimat), dan penalaran (bahasa).

  1. Logika Deontik

Logika yang berurusan dengan konsep-konsep seperti: kewajiban, permisibilitas dan nonpermisibilitas, keharusan, kepatutan, kelayakan, ke dalam suatu sistem koheren. Beberapa prinsip dasarnya: “Jika sesuatu bersifat wajib, sesuatu itu dapat dilakukan.” “Jika sesuatu tidak diperbolehkan, maka itu tidak bersifat wajib.”

  1. Logika dialektis

Logika dialektis merupakan ajaran logika dari materialisme dialektis. Ia merupakan ilmu tentang hukum-hukum dan bentuk-bentuk refleksi mental terhadap perkembangan dunia objektif.

Tugas utama logika dialektis adalah meneliti bagaimana cara terbaik mengungkapkan dengan konsep-konsep operasi hukum-hukum dialektika dalam benda-benda, objek-objek, dan seterusnya. Dengan ini tugas pokok dari logika dialektis bertalian, dengan penelitian terhadap perkembangan kognisi itu sendiri.

Logika dialektis adalah landasan logis general kognisi manusia. Ia merupakan teori logis general yang dapat dan harus dipakai untuk menjelaskan semua teori logis yang tertentu dan konkret, arti dan peranan.

  1. Logika Kombinatorial

Logika kombinatorial merupakan suatu aliran dalam logika matematik yang menganalisis konsep-konsep yang diterima tanpa studi lebih lanjut dalam kerangka logika matematik klasik. Konsep-konsep seperti itu adalah konsep-konsep: variabel dan fungsi.

  1. Logika Konstruktif

Logika konstruktif merupakan suatu trend dalam logika matematis. Ini didirika oleh L.Brouwer, H.Weyl dan A.Heyting. pada dasarnya tren ini melarang penerapan kumpulan-kumpulan prinsip yang tidak terbatas yang benar pada kumpulan-kumpulan terbatas (misalnya, dalil bahwa keseluruhan lebih besar daripada suatu bagian).

  1. Logika matematis atau simbolis

Logika matematis meneliti proses-proses logis melalui refleksinya dalam bahasa-bahasa yang diformalisasikan, atau kalkulus-kalkulus logis. Ciri khas logika matematis adalah penggunaan notasi simbolis yang menyerupai aljabar.

  1. Logika probabilitas

Logika probabilitas merupakan logika yang mempelajari pernyataan-pernyataan yang bersifat probabilistik. Dan tidak menjadi soal entah itu dianggap sebagai suatu ciri dari suatu pernyataan individual (dalam hal ini probabilita diatributkan pada pernyataan individual itu sebagai suatu hal yang ada antara kebenaran dan kekeliruan) atau sebagai suatu penilaian terhadap hubungan antara sepasang pernyataan duo-digit (pernyataan dengan nilai kebenaran antara 0 dan 1) yang biasa.

 

 

PENGERTIAN LOGIKA

Kreativitas Anak Usia Dini

 

Konsep  dan  bentuk  kreativitas AUD  dan  orang  dewasa  sangat  berbeda.  Kreatif dalam  pengertian  orang  dewasa  berarti    keberadaan  keahlian  (expertise),  keterampilan  (skills),  dan motivasi  dalam  diri  (intrinsic  task  motivation).  Orang  dewasa  yang  kreatif  diindikasikan  sebagai  individu  yang memiliki  keterampilan  teknik  prima,  berkemampuan  sen, dan memiliki bakat. Mereka juga memiliki gaya karya yang mempesona, keterbukaan  ide yang mengagumkan, dan konsentrasi serta ketekunan yang luar biasa. Kreativitas pada anak-anak memiliki ciri tersendiri. Kreativitas anak dikoridori oleh  keunikan gagasan dan  tumbuhnya  imajinasi  serta  fantasi. Anak-anak yang kreatif  sensitif  terhadap  stimulasi. Mereka  juga  tidak dibatasi oleh  frame-frame apapun. Artinya, mereka  memiliki  kebebasan  dan  keleluasan  beraktivitas.  Anak  kreatif  juga  cenderung  memiliki  keasyikan dalam aktivitas. Kreativitas AUD  juga ditandai dengan kemampuan membentuk  imaji mental,  konsep  berbagai  hal  yang  tidak  hadir  di  hadapannya. AUD  juga memiliki  fantasi,  imajinasi  untuk membentuk  konsep  yang mirip  dengan  dunia  nyata  (Isenberg &  Jalongo, 1993)

Kreativitas  anak  didorong  kefitrahannya  sebagai  manusia  yang  berpikir.  Anak menjadi kreatif juga karena mereka membutuhkan pemuasan dorongan emosi. Namun yang  paling  penting,  kreativitas  anak  muncul  karena  anak  perlu  strategi  untuk  membangun konsep dan memecahkan masalah sesuai tingkat intelektualnya.

Kreativitas  muncul  dari  kemampuan  berpikir  divergen,  lateral,  multiarah.  Pada  belahan  otak,  kreativitas  bersumber  pada  aktivitas  hemisfer  kanan.  Kegiatan  berpikir divergen  memiliki  ciri-ciri  generatif,  eksploratif,  tak  terprediksi  (unpredictable),  dan multijawab. Meskipun demikian, proses terjadinya kreativitas juga melibatkan kemampuan  berpikir  konvergen.  Oleh  karena  pada  anak  proses  lateralisasi  tengah    terjadi,  maka stimulasi pada belahan otak kanan menjadi sangat esensial dan fundamental.

Bagi  anak,  dua  syarat  kreativitas  dapat  dikatakan  memadai,  yakni  fluency  dan flexibility.  Seorang  anak  dapat  dikatakan  kreatif  ketika  ia  menemukan  pemecahan  atas  sebuah permasalahan. Anak  tentu  saja melakukan  fluency   dengan memunculkan berbagai ide alternatif. Lebih lanjut anak akan mempertimbangkan berbagai hal untuk memilih solusi terbaik. Ketika anak hendak “ngundhuh layangan”, maka ia membutuhkan fluency  sebagai  preparation  atau  brainstorming.  Anak  kemudian  melakukan  berbagai  pemikiran  dan  pertimbangan,  bagaimana  supaya  layang-layang  yang  dipetik  tidak  sobek.  Apakah  akan  mempergunakan penggalah, memancat, atau menarik-narik  talinya  (atau yang  lain). Anak melakukan  flexibility  karena  konteks  mulai  berbicara.  Ternyata,  pohon  itu  dihuni  oleh  banyak semut hitam. Jika kemudian AUD  itu berhasil menyelesaikan masalahnya, maka ia  disebut  kreatif.  Tidak  peduli  jika  solusi  akhirnya  diilhami  oleh  pengalaman  orang  lain.

Dalam hal ini, originalitas tidak menjadi faktor utama kreativitas anak.

Seorang anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini.

  • Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi,  bermain-main,  mengajukan

pertanyaan, menebak, mendiskusikan temuan

  • Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita
  • Berkonsentrasi untuk “tugas tunggal dalam waktu cukup lama
  • Menata sesuatu sesuai selera
  • Mengerjakan sesuatu dg orang dewasa
  • Mengulang untuk tahu lebih jauh

Catatan :

– Anak cenderung aktif

– Anak mengambil inisiatif (Ditunjukkan saat yang berbeda pada tiap

anak)

Kreativitas AUD  dimulai dengan  kepekaan  identifikasi dan membandingkan  (Jw. Niteni). Aktivitas niteni, bukanlah hal yang mudah. Anak menemukan berbagai persamaan  dan  perbedaan  dari  objek  yang  pernah  dikenal.  Kerja  analisis  sebenarnya  juga  sudah  dilakukan  anak  dalam  tahap  ini.  Aktivitas  niteni  biasanya  diikuti  dengan  menirukan,  misalnya “dinding ruang tamu ini akan bagus jika ada gambarnya seperti di museum” atau  “Wah, aku juga akan bertolak pinggang seperti ibu. Adik pasti takut”. Pada akhirnya anak  juga niteni bahwa suatu konsep atau tindakan lebih menguntungkan, merupakan solusi, dan mendapat respon positif, sedang perilaku yang lain tidak. Melalui  dua  tahap  dasar,  anak  akhirnya  membuat  penemuan.    Untuk  itu,  anak  membentangkan  sendiri    berbagai  kemungkinan  alternatif  pemecahan,  dan mendapatkan  solusi terbaik dari permasalahan yang dihadapi.

Penumbuhan Kreativitas dalam Pendidikan Kreativitas akan  tumbuh pada  tempat yang  tepat, yakni  tempat yang memiliki dua syarat  .  Ini berarti, anak  akan menjadi kreatif dan  tetap kreatif ketika  jatuh di  lahan yang memiliki  dua  syarat  tersebut  :  rasa  aman  dari  gangguan  dan  tekanan,  serta  kemerdekaan psikologis.  Jika  ingin menumbuhkan kreativitas  anak, persiapkanlah dahulu  lahan  tempat tumbuhnya kreativitas anak tersebut, yakni rasa aman dan kemerdekaan psikologis.Rasa  aman merupakan  syarat  eksternal  lahan  kreativitas. Di  lingkungan  amanlah  benih-benih kreativitas dapat tumbuh. Anak-anak yang  tidak merasa aman karena dinakali  teman, takut kotor, takut jatuh, takut dimarahi, takut dicela, takut dicemooh, akan mengalami  hambatan  proses  kreativitas.  Sebaliknya,  anak-anak  yang  memperoleh  rasa  aman,  akan memulai  segala  aktivitas  dengan  perasaan  lapang  dan  menyenangkan.  “Inovasi-inovasi”  akan lahir ketika anak merasakan ketiadaan ancaman. Oleh karena itu, sangat panting bagi  guru  menciptakan  rasa  aman  di  sekolah,  termasuk  rasa  aman  terhadap  gangguan  dan  cemoohan teman.

Kemerdekaan  psikologis  merupakan  syarat  internal.  Kemerdekaan  psikologis  merujuk  pada  suatu  kebebasan  untuk  melakukan  aktivitas  berpikir  dan  bertindak  tanpa  perasaan  tertekan  oleh  suatu  target  dan  rasa  terhambat. Kemerdekaan  psikologis melekat  dalam diri individu seorang anak, dan membimbing mereka untuk bermain dengan elemen  dan  konsep-konsep.  Anak  yang  memiliki  rasa  merdeka  secara  psikologis  cenderung terbuka terhadap ide dan pengalaman baru.  Kreativitas tumbuh di lingkungan yang tepat. Ketika sekolah benar-benar menaruh  perhatian  pada  pengembangan  kreativitas  anak,  ada  enam  syarat  yang  harus  dipenuhi, yakni :

  1. Pihak sekolah dan seluruh komponennya berusaha keras mengurangi tekanan dan kekhawatiran pada diri anak. Guru meyakini pentingnya perasaan positif  terhadap  sekolah,  memperlakukan  sesama  dengan  perhatian  dan  saling  menghargai,  dan  membangun  rasa  percaya  diri  di  antara  anak-anak  (Isen,  Doubman  &  Nowicki, 1987)

Untuk  itu  guru  perlu  membentangkan  lingkungan  yang  kondusif  terhadap  tumbuhnya kreativitas ini. Lingkungan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

(1) Mendorong hak/keadilan dan respek timbal balik

(2) Terbuka terhadap ide baru;

(3) Melihat  perbedaan  sebagai  sumber  “belajar”  termasuk  perbedaan  sudut

pandang;

(4) Mencari pendekatan baru dalam berbagai masalah;

(5) Mengembangkan kemampuan “riset” dan “inquiri”

(6) Menciptakan pembelajaran yang membangun  rasa saling percaya dan  tidak

takut resiko.

Sebaliknya, guru perlu menghindari  lingkungan belajar    yang  justru menghambat   kreativitas anak. Hal-hal yang dimaksud adalah sebagai berikut.

(1)  Mendorong    berpikir  literal  &  logis  daripada    bekerja  untuk  menajamkan

imajinasi anak

(2) Terlalu berkiblat pada pandangan tradisional

(3) Mengganjar  anak  hanya  jika mereka mematuhi  perintah, minimalisasi  resiko,

membuat anak  merasa bersalah

(4) Ketat waktu dan tidak ada fleksibilitas jadwal

(5) Menghindari pertanyaan anak &  menghalangi eksplorasi ide

(6) Menekankan ingatan, imitasi, dan tugas terencana

  1. Proses lebih dihargai daripada hasil. Ini berarti, anak perlu didorong untuk bermain dengan ide dan   menggali  solusi  daripada menyusun  kesimpulan  dini Kreativitas  dan  produktivitas  saling  berkaitan  (Hendrick;  Amabile  via  Isenberg  &  Jalongo,  1993)
  2. Aktivitas yang mempersulit anak  dibatasi.  Sekolah  yang memperhatikan  ekspresi  kreatif memberi kesempatan anak untuk menjalankan apa yang menarik minat anak  dan menyenangkan mereka. Kegiatan dilakukan anak dengan senang hati bersama  teman,  guru,  dan  warga  sekolah  yang  lain. Kondisi  ini menumbuhkan  ide  kerja  yang menyenangkan yang merupakan aspek proses kreatif.
  3. Suatu kebebasan, nuansa keterbukaan yang mendorong dan menghargai ekspresi diri.  Guru  menikmati  kebersamaan  dengan  anak.  Guru  menyediakan  berbagai  fasilitas dan menstimulasi kreativitas anak, membantu apa yang mereka butuhkan,  dan tidak menginterferensi proses kreativitas anak.
  4. Anak-anak didorong untuk  berbagi  ide,  tidak  hanya  dengan  guru  namun  juga    dengan sesama mereka. Anak-anak yang kreatif menghargai diri sendiri. Salah satu cara anak mulau menghargai diri mereka sendiri adalah refleksi diri. Mereka perlu  “dididik”  bagaimana merespon  ide mereka  dan  ide  teman.  Ini merupakan  alasan  utama untuk membuat balikan memberi dan menerima,  tidak hanya dengan orang  dewasa namun juga dengan teman sebaya.
  5. Meminimalisasi kompetisi dan  ganjaran  eksternal. Ketika  anak  diikutkan    dalam  lomba,  sebagian  dari  mereka  akan  menang  dan  yang  lain  akan  kalah.  Ada  tiga kemungkinan  yang  akan  terjadi.  Pertama,  anak-anak  cenderung  menjadi  lebih  berhati-hati  dan  bermain  tidak  bebas.  Kedua,  anak-anak  merasa  tertekan  untuk  menyenangkan orang  lain dan kehilangan motivasi  intrinsiknya. Ketiga, anak-anak  cenderung sibuk berusaha memperoleh hadiah. Anak kehilangan kespontananannya dan akhirnya kehilangan respon kreatif.
Kreativitas Anak Usia Dini

Definisi Bahasa dan Kognitif

 

  1. Definisi Bahasa secara umum

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi mengemukakan hasil pemikirannya dan dapat mengekspresikan perasaannya. Dengan bahasa orang dapat membuka cakrawala berfikir dan mengembangkan wawasannya.

Menurut Soenjono Dardjowidjojo mengemukakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Menurut Robert E. Owens, JR mengemukakan bahwa bahasa didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.

Selanjutnya, menurut Badudu dalam Nurbiana Dhieni,dkk pengertian bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan saling bertegur sapa, dan saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya.

 

  1. Definisi Perkembangan Bahasa AUD

Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Salah satu bidang pengembangan pertumbuhan kemampuan dasar di taman kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Bahasa erat sekali kaitannya dengan perkembangan kognitif.

Menurut Silberman, Mel mengemukakan bahwa perkembangan bahasa adalah proses perkembangan bahasa dari bahasa yang tidak jelas, berubah menjadi bahasa yang jelas, langsung dan terkontrol. Perilaku berbahasa akan membantu anak-anak membuat konsep dalam dunia mereka, merubah dari egosentris menjadi berkomunikasi dan bersosial dengan orang lain, membimbing dan mengontrol anak, menumbuhkan pemikiran, perasaan dan merasa aman dan tidak aman melalui bahasa yang anak dengar dan gunakan.

Menurut Nurbiana Dhieni,dkk mengemukakan bahwa dalam perkembangan bahasa anak usia dini terdapat 4 (empat) keterampilan berbahasa yaitu: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menulis, Keterampilan Menyimak dan Keterampilan berbicara.

  1. Definisi Kognitif secara umum

Kognitif atau sering disebut kognisi merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Kognitif mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Menurut Ahmad Susanto mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan intelegensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan pada ide-ide dan belajar.

Menurut Ernawulan Syaodih mengemukakan bahwa kognitif adalah kemampuan yang mencakup segala kemampuan bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan lingkungan seperti: dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain.

Selanjutnya pengertian kognitif menurut Bandura dalam Ane Fatma dan Sri Ernawati mengemukakan bahwa pengertian kognitif adalah proses berpikir seseorang tentang situasi tertentu. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kognitif secara umum yaitu sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).

  1. Definisi Perkembangan Kognitif AUD

Kemampuan kognitif berkaitan dengan semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Berk dalam Vina Adriany mengemukakan bahwa perkembangan kognitif adalah kapasitas intelektual yang dimiliki oleh seorang anak dan bagaimana kapasitas tersebut berkembang sampai mereka dewasa kelak.

Perkembangan kognitif meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.Pendekatan-pendekatan perkembangan kognitif menekankan pada cara anak secara aktif membangun pemikirannya. Pendekatan tersebut juga sangat berfokus pada cara berpikir anak yang berubah dari satu titik perkembangan ke titik perkembangan berikutnya. Proses yang digunakan anak ketika membangun pengetahuan mereka mencakup skema, asimilasi dan akomodasi. Menurut Berk dalam Vina Adriany mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak yaitu faktor hereditas, faktor kematangan individu dan faktor belajar.

  1. Karakteristik Perkembangan Bahasa dan Kognitif AUD
  2. Karakteristik Bahasa AUD

Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan seni.  Tidak semua bunyi/suara yang dikeluarkan anak dapat disebut berbicara.  Hurlock (1980) dalam Christiana Hari Soetjiningsih mengemukakan bahwa berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Sampai bayi berusia 18 bulan, komunikasi dalam bentuk kata-kata harus diperkuat dengan isyarat, seperti menunjuk benda.  Pada usia dua tahu, rata-rata bayi sudah dapat mengerti beberapa perintah sederhana.  Bagi bayi, belajar bicara merupakan tugas yang tidak mudah.  Bentuk komunikasi pada masa ini disebut bentuk-bentuk prabicara yang biasanya terdapat empat bentuk prabicara, yaitu menangis, berceloteh, isyarat dan pengungkapan emosi. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi.  Bahasa merupakan sarana untuk berpikir dan bernalar.  Manusia menggunakan bahasa untuk berpikir, menyimak, berbicara, membaca dan menulis.  Namun, kemampuan menggunakan bahasa itu tidaklah merupakan kemampuan yang bersifat alamiah seperti bernafas dan berjalan.  Kemampuan itu tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari.

Menurut McCormick, Loeb & Schiefelbusch dalam Mary Renck Jalongo rentang waktu perkembangan bahasa anak/ balita ada beberapa tahap, diantaranya.

  1. Komunikasibentuk pertama adalah menangis. Ada beberapa perbedaan dari tangisan. Sebuah tangisan yang begitu keras sering menandakan tidak hanya dari intensitas tangisannya melainkan berapa jumlah jeda atau berapa banyak anak bernafas disela-sela tangisannya.
  2. Ketika anak bertambah usianya, mereka membuatsuaradan Padaawalnya,anakmembuatsuara vokalpada satubulanmereka (misalnya, ooohh, “” ahhh”).  Pada  usia  4 atau5 bulan, mereka mulaimenggunakanbagian belakang tenggorokanmereka untuk membuatsuarakonsonan.  Padasekitar usia12bulan, mereka terhubung  ucapan vokaldankonsonan secara bersama-sama, jenisucapan ini disebutlallation (misalnya, “mamama”).  Urutan suku kata konsonan/ vokal ini mencapai sekitar setengah dari suara tangisan bayi dari usia 6 sampai 12 bulan.
  3. KemampuanBalita untuk memahami bahasajauh lebihmajudaripadakemampuan mereka untuk menghasilkan bahasa(yang ekspresif}. Antara8bulan dan1½tahun, bayimenggunakanistilahyang ekspresif, dengan intonasi bahasa. Pada waktu yangsama, bayimulaimenggunakan kata-katatunggal(holophrases) yang dapat dimengertidengan yang lain.
  4. Balitadan anak usia 3tahun cenderung memahami ucapan, kata yang dihubungkan bersamatanpa ada akhirkata kerja(misalnya, -ed, -ing), kata penghubung  (misalnya, dan), kata keterangan(misalnya, pada, di), dan kata ganti(misalnya, aku, dia).  Meskipunbahasa anakbervariasi, balitamudah menerima(mendengarkan) kosakata(Griffiths, 1986).  Pada usia duatahun anak hanya belajarbagaimanaberkomunikasidanbiasanya tidakmemperpanjangpercakapan berulang-ulang  dan janganmempertahankantopik yang sudahlama.

Bayi–bayi secara efektif mengeluarkan suara sejak ia dilahirkan.  Tujuan berkomunikasi awal ini adalah menarik perhatian pengasuh-pengasuhnya dan orang-orang lain dalam lingkungannya.

Menurut Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old & Ruth Duskin Feldman, karakteristik perkembangan bahasa anak sebagai berikut:

  1. Lahir, dapat mengenali percakapan, menangis, membuat semacam respon terhadap suara.
  2. Rentang usia1 ½ sampai 3 bulan, mengeluarkan suara “uuu” dan tertawa. Pada usia 3 bulan, bermain dengan suara biacara (speech sound).
  3. Rentang usia 5 sampai 6 bulan, membuat suara konsonan, mencoba untuk menyesuaikan dengan apa yang ia dengar.
  4. Rentang usia 6 sampai 10 bulan, mengoceh huruf konsonan dan vokal. Pada usia 9 bulan, menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi dan bermain gerakan tubuh, sedangkan pada usia 9 sampai 10 bulan, mulai memahami kata (biasanya adalah kata “jangan” dan namanya sendiri) meniru suara.
  5. Rentang usia 10 sampai 12 bulan, tidak lagi dapat membedakan suara yang bukan berasal dari bahasa ibu. Pada usia 9 sampai 12, menggunakan sedikit gerak tubuh sosial.
  6. Rentang usia 10 sampai 14 bulan, mengucapkan kata pertama (biasanya nama sesuatu).
  7. Rentang usia 10 sampai 18 mengucapkan kata tunggal. Pada usia 13 bulan, mulai memahami fungsi simbolis penamaan, menggunakan gerakan tubuh yang lebih rumit, sedangkan pada usia 14 bulan, menggunakan gerak tubuh simbolik
  8. Rentang usia 16 sampai 24 bulan, belajar banyak kata baru, mengembangkan kosakata dengan cepat dari mulai 50 kata menjadi 400 kata, menggunakan kata kerja sifat. Pada usia 18 sampai 24 bulan, mengucap kalimat pertama (dua kata). Pada usia 20 bulan semakin sedikit menggunakan gerak tubuh, lebih banyak menamai benda. Pada usia 20 sampai 22 bulan memiliki ungkapan  yang komprehensif, sedangkan pada usia 24 bulan menggunakan banyak frasa dua kata, tidak lagi mengoceh, ingin berbicara.
  9. Rentang usia 30 bulan, belajar kata baru hampir setiap hari, berbicara dengan kombinasi dua atau tiga kata dengan baik.
  10. Rentang usia 36 bulan, mengucapkan 1000 kata, 80 persen dapat dimengerti, membuat beberapa kesalahan dalam sintaksis.

 

  1. Karakteristik Kognitif AUD

Membangun pengetahuan dalam perkembangan kognitif merupakan salah satu dari aspek perkembangan anak usia dini. Kemampuan kognitif anak usia dini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.  Piaget (1896-1980) dalam Christiana Hari Soetjiningsih mengemukakan karakteristik perkembangan kognitif berdasarkan tahapannya.

  1. Sensori-motorik (0-2 tahun)

Intelegensi nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai respon.  Awalnya refleks, kemudian ada diferensiasi yang jelas antara subjek dan objek. Terjadinya permanensi objek dan ada proses desentrasi.

  1. Pra-operasional (2-7 tahun)

Penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung), bayangan dalam mental, berpikir egosentris, centralized (memusat), irreversible (tidak dapat dibalik), terarah statis.

  1. Operasional konkret (7-11 tahun)
  2. Operasional formal (11 tahun keatas)

 

  1. Tori Perkembangan Bahasa dan Kognitif AUD
  2. Teori Perkembangan Bahasa

Menurut pendapat Chomsky dalam buku perekembangan anak (Christiana Hari Soetjiningsih, 2012), tahapan perkembangan bahasa terbagi menjadi beberapa bagian:

  1. Teori Nativis

Para ahli nativis berpendapat bahwa bahasa merupakan pembawaan dan bersifat alamiah. Mereka menekankan adanya peran evolusi biologis dalam membentuk individu menjadi makhluk linguistik. Dalam belajar bahasa, individu memiliki kemampuan tata bahasa bawaan untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu seperti fonologi, sintaksis, dan semantik, yang tidak dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman individu.

Para ahli nativis meyakini bahwa kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh kematangan seiring dengan pertumbuhan anak. pandangan para ahli nativis yang memisahkan antara belajar bahasa dengan perkembangan kognitif dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak belajar bahasa dari lingkungan sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk mengubah bahasanya jika lingkungannya berubah.

 

  1. Teori Behavioristik

Para ahli teori behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa kemampuan apapun. Dengan demikian anak harus belajar (dalam hal ini belajar berbahasa) melalui pengkondisian dari lingkungan, proses imitasi, dan diberikan reinforcement (penguat).

Para ahli perilaku menjelaskan beberapa faktor penting dalkam mempelajari bahasa yaitu imitasi, reward, reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku. Skinner memandang perkembangan bahsa dari sudut stimulus-respon, yang memandang berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan. Bandura memandang perkembangan bahasa dari sudut teori belajar social. Ia berpendapat bahwa anak belajar bahasa dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu model yang berarti tidak harus menerima penguatan dari orang lain.

Pandangan behavioristik dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak pada suatu saat dapat membuat suara-suara baru dalam awal perkembangan bahasanya, dan dapat membentuk kalimat-kalimat baru yang berbeda dari yang pernah diajarkan padanya.

  1. Teori Pragmatik

Teori pragmatik bertitik tolak dari pandangan bahwa tujuan anak belajar bahasa adalah untuk bersosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya.

Teori pragmatik berasumsi bahwa anak belajar bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka peroleh. Haliday (dalam Bromley, 1995) menganalisa cara anak mengembangkan bahasa awal melalui interaksi dengan orang lain sebagai bahasa instrumental, bahasa dogmatis, bahasa interaksi, bahasa personal, bahasa heuristic, bahasa imajinatif, dan bahasa informatif.

  1. Teori Interaksionis

Kajian tentang teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan perpaduan faktor genetik dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara bersamaan. Para ahli interaksionis menjelaskan bahwa berbagai faktor seperti sosial, linguistik, kematangan, biologis dan kognitif, saling mempengaruhi, berinteraksi, dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu.

  1. Tahapan Perkembangan Bahasa

Menurut Mangantar Simanjuntak dan Soenjono Dardjowidjojo dalam Suhartono, tahap perkembangan bahasa terbagi menjadi 6 (enam), yaitu: Tingkat Membabel Usia (0-1 Tahun)

Pada tingkat membabel dibagi menjadi dua yakni cooing atau mendekut dan babbling atau membabel. Masa mendekut berlangsung pada umur 0-6 bulan anak membunyikan bunyi bahasa sedunia.  Sedangkan masa membabel berlangsung pada umur 6 bulan-1 tahun.  Pada masa ini anak sudah mulai mengarah untuk mengucapkan pola suku kata konsonan vokal.

  1. Masa Holof rasa (1-2 tahun)

Pada masa ini anak-anak mengucapkan satu kata dengan maksud sebenarnya menyampaikan sebuah kalimat, misalkan cucu yang berarti susu.

  1. Masa ucapan dua kata (2-2,6 tahun)

Pada masa ini anak mulai mampu mengucapkan dua kata, contohnya: ma dan susu yang artinya mama saya minta susu.

  1. Masa Permulaan Tata Bahasa (2,6 – 3 tahun)

Anak mulai menggunakan bentuk bahasa yang rumit seperti penggunaan afiksasi. Kalimat yang diucapkan pada umumnya adalah kalimat yang berisi kata inti saja tidak terdapat kata tugas.

  1. Masa Menjelang tata bahasa dewasa (3-4 tahun)

Anak sudah mampu menghasilkan kalimat yang rumit, menggunakan imbuhan secara lengkap dan mempunyai subjek, predikat, dan objek bahkan keterangan yang telah diperlukan.

  1. Masa Kecakapan Penuh (4-5 tahun)

Pada masa kecakapan ini anak yang normal telah mempunyai kemampuan berbicara sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya.

 

  1. Teori Perkembangan Kognitif
  2. Teori Kognitif

Teori kognitif bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan dengan kecenderungan berperan aktif terhadap lingkungannya, dalam memproses suatu informasi, dan dalam menyimpulkan tentang struktur bahasa. Bahasa dipelajari sebagai hasil dari peran aktif anak dalam proses belajar tersebut (Bromley, 1992).

Piaget berpendapat bahwa berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang secara progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran.

Vigotsky (1986) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak  berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan.

Para ahli kognitif meyakini adanya peran hubungan antara anak, orang dewasa, dan lingkungan sosialnya dengan perkembangan bahasa anak. Teori kognitif berkenaan dengan pandangan bahwa bahasa memiliki pengaruh yang kecil terhadap perkembangan kognisi. Pandangan ini bertentangan dengan penelitian yang membuktikan bahwa pengetahuan baru dapat diperoleh seseorang melalui berbicara dan menulis.

Piaget mengelompokkan tahap perkembangan kognitif individu menjadi empat tahap yang secara kualitatif berbeda, yaitu:

  • Tahap sensoris motorik (0-2 tahun)

Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik. Seorang bayi berkembang dari tindakan refleksif, instingtif. Pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal pada akhir tahapan ini.

  • Tahap pra-operasional (2-7 tahun)

Anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunakan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan ini, seperti egosentrisme dan sentralisasi.

 

  • Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak mampu berfikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi).

  • Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)

Remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis (hipotesis-deduktif).

Piaget mengemukakan bahwa tahap-tahap ini saling berkaitan dan urutan tahap tidak bisa ditukar atau dibalik, tetapi tahun terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi/kondisi masing-masing individu.

John W. Santrock (2007) mengemukakan perbedaan pandangan perkembangan kognitif anatara piaget dan vygotsky.

 

  Vygotsky Piaget
Tahapan Tidak ada tahapan umum perkembangan yang diusulkan Penekanan kuat pada beberapa tahapan (sensosimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal)
Proses kunci Zona perkembangan proksimal, bahasa, dialog, alat-alat budaya Skema, asimilasi, akomodasi, operasi, konservasi, klasifikasi, pemikiran hipotesis deduktif
Peran bahasa Sangat penting, bahasa memiliki peran kuat dalam menjalankan pemikiran Bahasa memiliki peran minimal, kognisi secara penuh mengarahkan bahasa
Pandangan terhadap pendidikan Pendidikan memegang peranan penting dalam membantu anak mempelajari alat-alat budaya Pendidikan hanya menyempurnakan keahlian kognitif anak

 

Bahasa sebagai suatu sistem kognitif

  1. Hubungan Perkembangan Bahasa Dengan Kognitif

Banyaknya pendapat atau teori baik dari para ahli dibidang perkembangan anak maupun dibidang bahasa yang terdapat pro dan kontra terhadap masalah hubungan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa tetapi sebagian besar menyetujui bahwa adanya hubungan yang erat antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa anak. Hal ini tergambar jelas pada kedua grafik di bahwa pada usia 36 bulan atau 3 tahun anak dapat menguasai kurang lebih 1000 kata, hal ini sejalan dengan perkembangan fungsi kognitif pada otak anak yang berusia 3 tahun lebih dari 50% fungsi otak mengalami perkembangan yang pesat juga.

Pendapat kami diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli perkembangan anak yaitu Vygotsky  bahwa bahasa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap proses berpikir anak. Dengan bahasa anak dapat lebih mudah memahami suatu informasi maupun kemampuan yang baru, penggunaan private speech saat anak melakukan suatu kemampuan yang baru maka akan terjadi inner speech yaitu pemikiran-pemikiran pribadi anak. Hal tersebut membuktikan bahwa peranan bahasa dan perkembangan kognitif anak mempunyai peran yang besar. Anak-anak yang melakukan private speech lebih penuh perhatian dan dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dari pada anak yang tidak melakukan private speech.

Terdapat pula sebuah eksperimen yang menunjukan begitu eratnya bahasa dalam perkembangan hidup bagi individu. Pada abad ke– 13 kaisar Jerman Frederick II memilih beberapa bayi mengancam pengasuh dengan hukuman mati jika mereka mengajak bicara bayi-bayi itu, dan ternyata pada bayi-bayi itu tidak ditemukan bahasa karena semua mati. Hal tersebut menunjukkan kaitan erat penggunaan bahasa dengan perkembangan otak individu atau anak. Dikisahkan pada banyak kasus yang telah terjadi dan hal ini menunjukkan betapa berhubungan eratnya pengaruh bahasa terhadap kognisi anak. Pada kisah Genie gadis berusia 13 tahun yang terisolasi total, komunikasi dari ayahnya hanya berupa eraman dan hentakan. Genie tidak dapat berdiri tegak dan berbicara. Setelah mendapat rehabilitasi ekstensif Genie sudah dapat berbicara dengan tiga kata yang disusun menurut tata bahasa yang kacau, dan juga Genie tidak belajar menanyakan pertanyaan. Hal ini disebabkan pada saat terjadinya lonjakan tinggi pada perkembangan otak pada masa kanak-kanaknya Genie tidak mendapat stimulus melalui komunikasi bahasa yang baik sehingga perkembangan kognisi, fisik dan bahasa tidak seperti anak pada umumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Dalam aliran nativisme mengatakan bahwa perkembangan berbahasa ditentukan oleh faktor-faktor keturunan yang dibawa sejak lahir yang diturunkan oleh orangtuanya. Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme berpandangan sebaliknya, bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang itu tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Dari kedua aliran tersebut ada aliran yang lebih moderat yaitu aliran konvergensi. Aliran ini mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi  dari  faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.

Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitifnya. Selain itu, faktor lingkungan  yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah besarnya kesempatan yang diperoleh untuk melakukan proses belajar dari lingkungannya. Individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan berbahasanya, akan memiliki kesempatan yang lebih banyak dan bagus dalam mengembangkan kemampuan bahasanya, sedangkan individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin atau kurang kemampuan berbahasanya, akan cenderung terbatas pula kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bahasanya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa:

  1. Kognisi

Tinggi-rendahnya kemampuan kognisi individu, akan mempengaruhi cepat-lambatnya perkembangan bahasa individu tersebut.

  1. Pola komunikasi dalam keluarga

Keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa anggota keluarganya dibandingkan yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.

  1. Jumlah anak atau anggota keluarga

Keluarga yang memiliki jumlah anak atau anggota keluarga yang banyak akan mempercepat perkembangan bahasa anak, karena di dalamnya akan terjadi komunikasi yang bervariasi daripada keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lainnya selain keluarga inti.

  1. Posisi urutan kelahiran

Seorang anak yang posisi urutan kelahirannya di tengah akan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak sulung dan anak bungsu, karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas dan ke bawah, sedangkan anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah, sedangkan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.

  1. Kedwibahasaan (bilingualism)

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada yang hanya menggunakan satu bahasa, karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya : di dalam rumah dia menggunakan bahasa Sunda dan di luar rumah dia harus menggunakan bahasa Indonesia, dan demikian pula dari bahasa lain.

 

  1. Dasar Neurologis bagi Bahasa

Sebuah studi ilmiah awal pada tahun 1861, seorang dokter bedah prancis yang masih berusia muda bernama Paul Broca melakukan observasi terhadap seorang pasien yang mengalami paralisis di sebelah sisi tubuhnya, yang sekaligus mengalami hilangnya kemampuan berbicara sebagai akibat kerusakan neurologis. Broca melakukan pembedahan dan menemukan cedera di bagian lobus frontalis kiri otak pasien, sebuah area yang selanjutnya dikenal sebagai area Broca. Studi-studi selanjutnya mendukung observasi Broca bahwa area frontal kiri memang terlibat dalam kemampuan berbicara.

Pada tahun 1875, Carl Wernicke dalam sebuah studi kasus klinis yang lain menemukan suatu cedera di lobus temporalis kiri yang mempengaruhi pemrosesan bahasa, namun dampak kerusakan tersebut berbeda dengan kerusakan yang ditimbulkan akibat cedera di area Broca. Area Broca terlibat dalam produksi bahasa (language production), sedangkan area Wernicke terlibat dalam produksi pemahaman bahasa (language comprehension). Kerusakan di area Wernickle mengurangi kemampuan pasien yang bersangkutan untuk memahami kata-kata lisan dan tulisan, namun pasien tersebut masih mampu berbicara secara normal. Dengan kata lain, orang-orang yang mengalami kerusakan di area Wernickle masih mampu berbicara, tetapi tidak mampu memahami ucapan orang lain.

  1. Proses penerimaan bunyi sehingga menjadi bahasa

Otak ternyata mempunyai fungsi masing-masing, bagian otak yang berfungsi untuk menghasilkan bunyi ujaran adalah bagian otak yang dinamakan Broca Area sesuai dengan nama penemunya Paul Broca seorang ahli bedah dari Perancis. Sedangkan bagian otak yang berfungsi untuk memahami ujaran atau bunyi dinamakan bagian Wernicke Area.

Ketika individu mendengar bunyi ujaran melalui telinga, bunyi tersebut disampaikan pada bagian syaraf yang terdapat pada Wernicke Area. Setelah mengalami proses pada area tersebut, kemudian individu memahami maksud ujaran, lalu  syaraf melanjutkan ke bagian Broca Area yang berfungsi menghasilkan bunyi atau ujaran sebagai respon dari bunyi atau ujaran yang didengar.

Demikian hal yang terjadi pada anak usia dini. Anak usia dini mendengar bunyi ujaran dari lingkungannya, yang kemudian direspon hingga mereka menghasilkan bunyi ujaran itu sendiri. Pada awal usia perkembangan kognitif dan perkembangan alat ucap mereka, bahasa yang mereka hasilkan belum dapat dipahami tetapi seiring dengan lonjakan perkembangan kognitif anak maka bunyi ujaran/kata yang dihasilkanpun juga mengalami lonjakan yang sangat cepat. Produksi bahasa dipengaruhi oleh bekerjanya otak hemisfer kanan karena tanpa adanya kerja hemisfer kanan maka bahasa yang dihasilkan datar tanpa ekspresi

 

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya

Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa.  Jakarta: Universitas Terbuka

Indriati, Etty. 2011. Kesulitan Bicara & Berbahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group

Jalongo, Mary Renck.  Early ChildhoodLanguage Arts. 2007. United States of Amerika: Pearson Education, Inc

Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mel, Silberman, 2007. Active learning-101 Strategies to teach any subject. USA Massachusetts: A Silmon & Schuster Company. Sonawat, Reeta dan Jasmine Maria.Language Development For Preschool Children. Mumbai: Multitech Publishing Co.

Owens, Robert. 2012. Language Development an Introproduction. New Jersey: Pearson Education, Inc

Papalia, Diane. E. 2010. Human Development (Edisi Kesembilan). Jakarta: Prenada Media Group

Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: Gramedia

Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group

Solso Robbert, dkk. 2007. Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Susanto, Ahmad. 2011.  Perkembangan Anak Usia Dini, Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Prenada Media Group.

Definisi Bahasa dan Kognitif

NATURE BASED CURICULUM

Model Pembelajaran Alam

  1. Pengertian Model Pembelajaran Alam

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola  yang dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas ataupun diluar kelas. Model pembelajaran adalah sebuah sistem proses pembelajaran yang utuh, mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran melingkupi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan teknik pembelajaran.

Model pendidikan berbasis alam atau pengajaran barang sesungguhnya, menekankan pentingnya pendidikan. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Berdasarkan konsep back to nature yang dilandasi pemikiran:

  1. Pendidikan adalah upaya menghasilkan anak yang memiliki budi pekerti yang luhur. Bukan hanya cerdas dan terdidik oleh otaknya saja.
  2. Pendidikan pada anak dilakukan dengan suasana sesungguhnya.
  3. Pengajaran ini menentang pembelajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalisme.
  4. Pengajaran ini akan membuat anak kreatif dan aktif.

Pandangan dasar di atas sesuai dengan filosofi yang mengarah kepada filsafat Naturalisme Romantik, yaitu tentang mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar melalui proses eksplorasi dan discoveri. Naturalisme romantik, pendidikan harus natural.

Penggunaan lingkungan alam di PAUD Alam memang merupakan  aspek  utama  sesuai  dengan  namanya.  Hal  ini  senada yang menyebutkan  lingkungan  alam  merupakan  salah  satu  komponen penting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini.

Salah satu tujuan Pendidikan Anak Usia Dini diantaranya adalah  membantu  anak  memahami  dan  menyesuaikan  diri  secara kreatif dengan lingkungannya. Pada dasarnya anak selalu tertarik dan memiliki rasa  ingin  tahu  yang  lebih  pada  media  dan  kegiatan  belajar  alami seperti berkebun atau menanam tanaman.

Salah  satu  pengaturan lingkungan yang bisa dilakukan disekolah adalah melalui pengaturan lingkungan bermain outdoor yang bisa membuat anak untuk menghargai dan menyayangi alam sekitar.[1] Selain Pembelajaran   alam   juga   turut   berkontribusi memperkenalkan anak pada permasalahan lingkungan yang terjadi di bumi   dan   membuat   anak   akan   lebih   menyayangi   bumi   dan mempelajari cara menjaganya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis alam merupakan suatu rencana atau pola untuk  mengembangkan  kurikulum  dan  pembelajaran  yang menekankan pembelajaran langsung di alam terbuka. Pemikiran utama dari PAUD Alam adalah untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk meluangkan waktu bermain di pengaturan alam. Pendidikan dalam model sekolah alam ini adalah pengembangan bakat anak secara maksimal melalui pembiasaan, latihan, permainan, partisipasi dalal kehidupan, serta penyediaan kesempatan belajar dan belajar selaras dengan tahap-tahap perkembangan anak.

  1. Landasan Pembelajaran Alam

Landasan tentang pembelajaran alam banyak berkembang di Eropa. Salah satu figur kunci dari pembelajaran  alam  adalah  Froeble  yang  memperkenalkan kindergarten  yang  secara literasi  berarti  taman  untuk  bermain  dan belajar.  Penekanan  pembelajaran  kindergarten  Froeble  tertuju  pada tiga aspek yang menututnya harus dikenal anak sejak dini. God, Nature and  Humannity.  Sejak  dini  anak  harus  diajarkan  mengenal  tuhan sebagai penciptanya. Alam sebagai tempatnya hidup dan rasa Kemanusiaan sebagai sifat sosial yang harus dimiliki untuk hidup berdampingan dengan orang lain.

Pandangan tentang pentingnya alam sebagai sumber utama pembelajaran juga disampaikan oleh Lighthart, ia mengatakan sumber utama pembelajaran adalah lingkungan  disekitar  anak.  Selanjutnya  dijelaskan  Lighthart menyajikan model pendidikan barang sesungguhnya, sebuah konsep yang  kemudian  memunculkan  konsep  pendidikan  back  to  nature school. Ia mengajak anak untuk merasakan suasana pembelajaran sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar. Lighthart juga mengatakan model ini akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri.

Rousseau mengatakan bahwa (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Rousseau menekankan bahwa anak dilahirkan dengan insting alami untuk belajar dan pendidikanlah yang harus menghargai insting tersebut. Pemikiran  lainnya  berasal  dari    Montessori, ia memperkenalkan konsepnya melalui Casa dei Bambini (The House of Children) Inti dari metode yang diajarkannya ialah penyelenggaraan pendidikan yang didasarkan pada penghormatan luar biasa terhadap kemampuan anak untuk belajar tentang alam semesta tanpa campur tangan orang dewasa. Montesorri memperkenalkan teori The Absorbent mind   dimana anak terlahir  sebagai mahluk berdaya serap informasi tinggi dan alam bisa menjadi media utama untuk bereksplorasi dan menyerap berbagai informasi. Monteorri meyakini pentingnya pembelajaran aktif yang alam dimana guru berperan sebagai pembimbing dalam perkembangan anak.

Berdasarkan landasan-landasan tersebut para pendidik anak usia dini meyakini pentingnya lingkungan alam sebagai sumber utama pembelajaran bagi anak. Pendidikan dengan setting alami yang bertujuan  untuk  menumbuhkan  rasa  ingin  tahu  anak  dan  membuat anak mengeksplorasi lingkungan disekitarnya.

Pemikiran-pemikiran tersebut yang membuat para pendidik membuat inovasi pembelajaran dengan alam sebagai basis utama pembelajaran, di Indonesia inovasi tersebut dikenal dengan sekolah alam atau PAUD Alam.

  1. Lingkungan Pembelajaran Alam

Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan pendidikn pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain.

Filosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu model pendidikan yang dikenal dengan ’’pengajaran barang sesungguhnya’’ . konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan disekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak yang mengamati, menyelidiki, serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian yang spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikkan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis.

Inti pengajaran yang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada dilingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak.bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lightghart dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam ( sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan hasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai, lading, pengrajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak  (tema) ini maka langkah pengajaran dilaksanakan.

Landasan filosofis kedua dapat ditelah dari filsafat pendidikan naturalism romantic yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistic atau alami. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan diatas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan member kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri.

Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly (1897), filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa :

  1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
  2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
  3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
  4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.
    1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Alam
  1. Prinsip memperagakan atau melakukan. Penggunaan prinsip ini mengatasi bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Bentuk pengajaran intelektualisme adalah pengajaran yang hanya mementingkan pengembangan intelektual anak. Sedangkan bentuk pengajaran yang dilakukan dengan cara verbal atau abstrak.
  2. Prinsip menumbuhkan keaktifan pada anak untuk belajar. Kegiatan ini mendorong dan menumbuhkan keaktifan anak. Bentuk pengajaran sesungguhnya akan memberikan kesempatan pada anak untuk mengamati, menyelidiki, serta mempelajari berbagai kondisi lingkungan.
  3. Prinsip menumbuhkan perhatian spontan. Bahan-bahan pengajaran yang ada di lingkungan sekitar anak mudah diingat, diingat dan dipraktikkan sehingga menjadi berfungsi secara praktis. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri.

 

 

  1. Pendekatan Pembelajaran Alam

            Pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran barang sesungguhnya, antara lain:

  1. Pendekatan inquiry

Pendekatan yang melibatkan keterampilan pemerolehan berbagai konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai yang dilakukan sendiri melalui sejumlah proses seperti mengamati, mencari dan menemukan.

  1. Pendekatan konstuktivisme

Pendekatan yang mengupayakan anak membangun sendiri pengetahuannya melalui proses belajar mandiri.

  1. Children centre

Merupakan pendekatan yang menganggap pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktifitas anak. Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan sendiri dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.

 

  1. Metode Pembelajaran

            Metode yang dapat digunakan atau dikembangkan, antara lain:

  1. Metode buah limau (menjadi ciri khas)

Metode pendidikan yang dilaksanakan dalam menanamkan budi pekerti dan kata hati anak yaitu dengan mengalahkan keburukan tingkah laku anak dengan perbuatan baik. Oleh karena itu pendidikan ini menentang adanya hukuman sebagai bentuk alat pendidikan.

  1. Metode penemuan

Metode pendidikan yang mengkondisikan anak untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya. Mengembangkan kemampuan adan keterampilan pada anak agar lebih kreatif dan aktif.

  1. Metode observasi

Metode yang bahan pengajaran disajikan dengan konkret sehingga anak dapat melakukan pengamatan dan mengalami secara langsung.

  1. Metode eksperimen

Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengikuti dan melaksanakan prosedur percobaan ilmiah dalam memahami suatu gejala atau peristiwa tertentu.

Metode ini menuntut keaktifan anak untuk melakukan percobaan sendiri, mengamati proses dan hasil percobaan yang dilakukan. Sehingga anak dapt berpikir dan bekerja secara sistematis.

  1. Metode problem solving

Metode pengajaran yang melibatkan guru dan siswa untuk memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.

  1. Metode demonstrasi

Metode pengajaran yang dilakukan dengan cara memperlibatkan suatu bentuk proses atau kegiatan tertentu agar dapat diikuti oleh anak.

  1. Metode diskusi

Metode dengan mengajar anak membicarakan suatu benda atau peristiwa yang akan dibahas bersama.

  1. Metode reritasi

Metode dengan memberikan penugasan pada anak untuk mengerjakan berbagai kegiatan atau permainan tertentu.

  1. Metode tanya jawab

Metode yang melibatkan anak dan guru melakukan kegiatan tanya jawab tentang suatu tema, objek atau peristiwa penting.

 

  1. Sumber belajar

sumber utama bentuk pengajaran barang sesungguhnya adalah lingkungan disekitar anak, dengan mengajak anak pada kondisi lingkungan alam yang sesungguhnya. Semua bahan dalam lingkungan anak dipakai sebagai pusat dan perhatian anak. Bahan pengajaran (sumber belajar) dikelom[okkan menjadi tiga, yaitu:

  1. Lingkungan alam sebagai bahan mentah
  2. Lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin sebagai pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan baku
  3. Lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi tau konsumen

 

  1. Langkah-langkah pembelajaran

langkah-langkah pembelajaran dalm model sekolah alam antara lain:

  1. Menetukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak

Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat pada lingkungan sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri, kemudian berangsur-angsur kelingkungan yang terjauh.

  1. Melakukan perjalanan sekolah

Setelah menetukan pusat minat anak, anak diberi penjelasan oleh guru. Kemudian anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada kondisi yang menjadi pusat minat anak tersebut. Selama perjalanan sekolah, anak diajak untuk menentukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya tempat itu. Dari sini lah pengembangan bahasa dan pengembangan intelegtual dapat bersama-sama dilakukan.

  1. Pembahasan hasil pengamatan

Setelah melakukan pengamatan, anak bersama guru membahas kembali tentang hasil pengamatan tersebut. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati.

  1. Menceritakan lingkungan yang telah diamati

Untuk menanamkan perilaku positif anak pada lingkungan, guru hendaknya menceritakan berbagai kondidi lingkungan yang diamati serta dihubungkan dengan peristiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan daan sikap orang terhadap lingkungan tersebut.

  1. Kegiatan ekspresi

Agar anak lebih menghayati kondidi lingkungan yang telah diamati guru menugaskan anak untuk mengekspresikan hal-hal yang ada pada lingkungan dengan cara mewarnai, menggambar, membuat sesuatu, menirukan gerak-gerik orang yang diamati melalui berbagai bentuk permainan dan nyanyian.

 

DAFTAR PUSTAKA

Joyce, Bruce & Weil, Marsha.Models of Teaching. USA: Allyn & Bacon.1996

Chatib, Munif.. Gurunya Manusia, Bandung: Kaifa.2011

Hapidin. Konsep dasar pendidikan berbasis sekolah. FIP Press. Jakarta.

Peterson, Abigail. A Forest Preschool for the Bay Area : a pilot study for a new nature-based curriculum (Thesis). California: Dominican University of California.2013

Musbikin, Iman. Buku Pintar PAUD dalam Perspektif Islami. Yogyakarta: Laksana.2010

Armstrong,  Thomas.  2006.  The  Best  School  Mendidik  Siswa  Menjadi  Insan Cendikia Seutuhnya. Bandung: Kaifa.2006

Hainstock, Elisabeth G. Montessori untuk prasekolah. Jakarta: Delapratasa Publishing.2002

Wortham,  Sue C.  Early  Childhood  Curriculum  Development  Bases  for Learning and Teaching. New Jersey: Pearson Prentice Hall.2006

 

 

NATURE BASED CURICULUM