PENGERTIAN LOGIKA

 

Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Logika merupakan salah satu cabang tradisional yang dibahas dalam filsafat, yang membahas persoalan tentang penyimpulan. Logika berasal dari bahasa Yunani yaitu Logos yang berasal dari kata benda yang artinya perkataan atau kata sebagai manifestasi dari pikiran mereka. Secara etismologis, logika dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Logika merupakan ilmu dan kecakapan menalar. Dengan kata lain logika adalah kegiatan pikir atau akal budi manusia. Untuk menentukan asal mula dari apa yang sekarang kita kenal sebagai logika, Aristoteles mencari suatu sistem yang kiranya dapat dipakai untuk berbicara dan mengemukakan pendapat, yang sama tepatnya seperti halnya dalam geometri.

Logika akan dapat didefinisikan secara lebih memuaskan sebagai “penelitian tentang prinsip-prinsip penalaran yang tepat”. Logika mencakup masalah tentang analisa dari argumen, dan dengan memahami kejelasan dari ungkapannya, mencoba untuk menemukan hukum-hukum yang mampu memberikan kepastian kepada keyakinan kita akan kesahihan atau validitasnya.

Menurut Langeveld logika itu adalah kepandaian untuk memutuskan secara jitu. Logika mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengambil kesimpulan yang benar atau dengan kata lain, untuk menghasilkan pengetahuan yang benar. Unsur utama logika adalah pemikiran dan keputusan. Dalam inductivisme, pemikiran tersebut didasarkan pada pengamatan.

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dipertanggung jawabkan.

 

  1. KEGUNAAN LOGIKA

Logika digunakan sebagai alat penarikan kesimpulan yang bersifat ilmiah. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika bertugas untuk menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika bukanlah sebuah teori belaka akan tetapi logika juga marupakan keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Logika sering juga disebut sebagai filsafat yang praktis. Logika sebagai ilmu adalah suatu ilmu yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,tepat dan teratur.

Adapun beberapa kegunaan atau fungsi dari logika, yaitu: (1) membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren, (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif, (3) menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri, (4) memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis, (5) meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan, (6) mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian, (7) terhindar dari klenik , gugon-tuhon (bahasa jawa), (8) apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

 

 

 

  1. CONTOH LOGIKA

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwakesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

 

Contoh argumen deduktif:

  1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
  2. Semua kuda adalah mamalia

∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

 

Penalaran induktif—kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

  1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
  2. Kuda Australia punya sebuah jantung
  3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
  4. Kuda Inggris punya sebuah jantung

∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

 

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.

Deduktif          Induktif

Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar            Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.

Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.            Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

 

 

  1. MACAM-MACAM LOGIKA
  2. Alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

  1. Ilmiah

Logika ilmiah adalah kelanjutan dari logika alamiah, yaitu apabila manusia diberikan bimbingan secara sistematis untuk dapat menguasai pola-pola berpikir secara teratur sesuai dengan hukum-hukum ketetapan dan kebenaran berpikir. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindari kesesatan pemikiran, atau untuk mengurangi kekeliruan. Logika ilmiah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu logika formal dan logika material.

  1. Logika Formal

Menurut Tafsir, logika formal (logika saja) adalah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk (form) berpikir. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material.

Logika formal adalah cara membuat kesimpulan berdasarkan pernyataan. Pikiran mempunyai peran utama dalam logika formal, oleh sebab itu logika formal dapat disebut logika idealisme, atau logika strukturalisme, artinya pikiran adalah faktor utama (primer) yang menentukan benar atau salah dari suatu kesimpulan

Menurut uraian diatas, yang dimaksud logika formal ialah cara menarik kesimpulan berdasarkan struktur pernyataan. Penalaran atau penyimpulan dalam logika formal disebut silogisme yaitu bentuk formal dari deduksi, maka ia juga disebut logika deduktif, yang menggunakan proporsi universal sebagai premis. Contohnya : semua mahasiswa adalah calon sarjana; Lina adalah mahasiswa; jadi Lina adalah calon sarjana.

Karena logika formal itu berdasarkan pernyataan, maka pernyataan-pernyataan yang dijadikan dasar (premis) untuk menarik kesimpulan harus benar dan bentuknya tepat atau strukturnya tepat. Jika premisnya salah, kesimpulannya akan salah; dan jika premisnya bentuknya atau strukturnya salah walaupun isinya benar, maka kesimpulannya akan salah. Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dengan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal); kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Bila isinya benar, pasti bentuknya tepat; belum tentu sebaliknya. Jadi ketepatan dibicarakan oleh logika formal, kebenaran isi dibicarakan oleh logika material. Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar:

Setiap manusia akan mati. Vina adalah manusia. Jadi, Vina akan mati.

Contoh ini bentuknya tepat, tetapi isinya tidak benar:

Manusia adalah sejenis hewan. Kuda adalah (salah satu) sejenis hewan. Jadi,kuda sama dengan manusia.

Suatu kesimpulan dikatakan benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan obyeknya, sesuai dengan keadaan sebenarnya.  Untuk mengetahui kesesuaian itulah tugas logika material.

 

 

  1. Logika Material

Logika material adalah cara membuat kesimpulan berdasarkan obyektif (materi). Materi mempunyai peran utama dalam logika material, oleh sebab itu logika material dapat disebut logika materialisme, atau logika realisme, artinya materi adalah faktor utama (primer) yang menentuka benar atau salah dari suatu kesimpulan.

Contoh premis yang obyektif : logam 1 dipanasi memuai; logam 2 dipanasi memuai; ogam 3 dan seterusnya dipanasi memuai; jadi semua logam dipanasi memuai. Premis yang dijadikan dasar untuk menarik kedimpulan itu adalah dari praktek; praktek membentuk pikiran atau ide. Logika material juga disebut logika praktek, atau logika induktif.

Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud logika materian adalah cara menarik kesimpulan berdasarkan kondisi obyektif (materi). Materi adalah kondisi obyektif atau kenyataan konkrit merupakan dasar pikiran untuk menciptakan pengertia (kata-kata), pernyataan (kalimat-kalimat), dan penalaran (bahasa).

  1. Logika Deontik

Logika yang berurusan dengan konsep-konsep seperti: kewajiban, permisibilitas dan nonpermisibilitas, keharusan, kepatutan, kelayakan, ke dalam suatu sistem koheren. Beberapa prinsip dasarnya: “Jika sesuatu bersifat wajib, sesuatu itu dapat dilakukan.” “Jika sesuatu tidak diperbolehkan, maka itu tidak bersifat wajib.”

  1. Logika dialektis

Logika dialektis merupakan ajaran logika dari materialisme dialektis. Ia merupakan ilmu tentang hukum-hukum dan bentuk-bentuk refleksi mental terhadap perkembangan dunia objektif.

Tugas utama logika dialektis adalah meneliti bagaimana cara terbaik mengungkapkan dengan konsep-konsep operasi hukum-hukum dialektika dalam benda-benda, objek-objek, dan seterusnya. Dengan ini tugas pokok dari logika dialektis bertalian, dengan penelitian terhadap perkembangan kognisi itu sendiri.

Logika dialektis adalah landasan logis general kognisi manusia. Ia merupakan teori logis general yang dapat dan harus dipakai untuk menjelaskan semua teori logis yang tertentu dan konkret, arti dan peranan.

  1. Logika Kombinatorial

Logika kombinatorial merupakan suatu aliran dalam logika matematik yang menganalisis konsep-konsep yang diterima tanpa studi lebih lanjut dalam kerangka logika matematik klasik. Konsep-konsep seperti itu adalah konsep-konsep: variabel dan fungsi.

  1. Logika Konstruktif

Logika konstruktif merupakan suatu trend dalam logika matematis. Ini didirika oleh L.Brouwer, H.Weyl dan A.Heyting. pada dasarnya tren ini melarang penerapan kumpulan-kumpulan prinsip yang tidak terbatas yang benar pada kumpulan-kumpulan terbatas (misalnya, dalil bahwa keseluruhan lebih besar daripada suatu bagian).

  1. Logika matematis atau simbolis

Logika matematis meneliti proses-proses logis melalui refleksinya dalam bahasa-bahasa yang diformalisasikan, atau kalkulus-kalkulus logis. Ciri khas logika matematis adalah penggunaan notasi simbolis yang menyerupai aljabar.

  1. Logika probabilitas

Logika probabilitas merupakan logika yang mempelajari pernyataan-pernyataan yang bersifat probabilistik. Dan tidak menjadi soal entah itu dianggap sebagai suatu ciri dari suatu pernyataan individual (dalam hal ini probabilita diatributkan pada pernyataan individual itu sebagai suatu hal yang ada antara kebenaran dan kekeliruan) atau sebagai suatu penilaian terhadap hubungan antara sepasang pernyataan duo-digit (pernyataan dengan nilai kebenaran antara 0 dan 1) yang biasa.

 

 

PENGERTIAN LOGIKA

Tinggalkan komentar