Definisi Bahasa dan Kognitif

 

  1. Definisi Bahasa secara umum

Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi mengemukakan hasil pemikirannya dan dapat mengekspresikan perasaannya. Dengan bahasa orang dapat membuka cakrawala berfikir dan mengembangkan wawasannya.

Menurut Soenjono Dardjowidjojo mengemukakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Menurut Robert E. Owens, JR mengemukakan bahwa bahasa didefinisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep melalui penggunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan.

Selanjutnya, menurut Badudu dalam Nurbiana Dhieni,dkk pengertian bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan saling bertegur sapa, dan saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya.

 

  1. Definisi Perkembangan Bahasa AUD

Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Salah satu bidang pengembangan pertumbuhan kemampuan dasar di taman kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir. Bahasa erat sekali kaitannya dengan perkembangan kognitif.

Menurut Silberman, Mel mengemukakan bahwa perkembangan bahasa adalah proses perkembangan bahasa dari bahasa yang tidak jelas, berubah menjadi bahasa yang jelas, langsung dan terkontrol. Perilaku berbahasa akan membantu anak-anak membuat konsep dalam dunia mereka, merubah dari egosentris menjadi berkomunikasi dan bersosial dengan orang lain, membimbing dan mengontrol anak, menumbuhkan pemikiran, perasaan dan merasa aman dan tidak aman melalui bahasa yang anak dengar dan gunakan.

Menurut Nurbiana Dhieni,dkk mengemukakan bahwa dalam perkembangan bahasa anak usia dini terdapat 4 (empat) keterampilan berbahasa yaitu: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menulis, Keterampilan Menyimak dan Keterampilan berbicara.

  1. Definisi Kognitif secara umum

Kognitif atau sering disebut kognisi merupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Kognitif mempunyai pengertian yang luas mengenai berfikir dan mengamati. Menurut Ahmad Susanto mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan intelegensi yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan pada ide-ide dan belajar.

Menurut Ernawulan Syaodih mengemukakan bahwa kognitif adalah kemampuan yang mencakup segala kemampuan bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan lingkungan seperti: dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan, mengingat, menilai dan lain-lain.

Selanjutnya pengertian kognitif menurut Bandura dalam Ane Fatma dan Sri Ernawati mengemukakan bahwa pengertian kognitif adalah proses berpikir seseorang tentang situasi tertentu. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kognitif secara umum yaitu sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).

  1. Definisi Perkembangan Kognitif AUD

Kemampuan kognitif berkaitan dengan semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Menurut Berk dalam Vina Adriany mengemukakan bahwa perkembangan kognitif adalah kapasitas intelektual yang dimiliki oleh seorang anak dan bagaimana kapasitas tersebut berkembang sampai mereka dewasa kelak.

Perkembangan kognitif meliputi perubahan pada aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pemikiran, ingatan, keterampilan berbahasa dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.Pendekatan-pendekatan perkembangan kognitif menekankan pada cara anak secara aktif membangun pemikirannya. Pendekatan tersebut juga sangat berfokus pada cara berpikir anak yang berubah dari satu titik perkembangan ke titik perkembangan berikutnya. Proses yang digunakan anak ketika membangun pengetahuan mereka mencakup skema, asimilasi dan akomodasi. Menurut Berk dalam Vina Adriany mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak yaitu faktor hereditas, faktor kematangan individu dan faktor belajar.

  1. Karakteristik Perkembangan Bahasa dan Kognitif AUD
  2. Karakteristik Bahasa AUD

Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan seni.  Tidak semua bunyi/suara yang dikeluarkan anak dapat disebut berbicara.  Hurlock (1980) dalam Christiana Hari Soetjiningsih mengemukakan bahwa berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Sampai bayi berusia 18 bulan, komunikasi dalam bentuk kata-kata harus diperkuat dengan isyarat, seperti menunjuk benda.  Pada usia dua tahu, rata-rata bayi sudah dapat mengerti beberapa perintah sederhana.  Bagi bayi, belajar bicara merupakan tugas yang tidak mudah.  Bentuk komunikasi pada masa ini disebut bentuk-bentuk prabicara yang biasanya terdapat empat bentuk prabicara, yaitu menangis, berceloteh, isyarat dan pengungkapan emosi. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat untuk berkomunikasi.  Bahasa merupakan sarana untuk berpikir dan bernalar.  Manusia menggunakan bahasa untuk berpikir, menyimak, berbicara, membaca dan menulis.  Namun, kemampuan menggunakan bahasa itu tidaklah merupakan kemampuan yang bersifat alamiah seperti bernafas dan berjalan.  Kemampuan itu tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari.

Menurut McCormick, Loeb & Schiefelbusch dalam Mary Renck Jalongo rentang waktu perkembangan bahasa anak/ balita ada beberapa tahap, diantaranya.

  1. Komunikasibentuk pertama adalah menangis. Ada beberapa perbedaan dari tangisan. Sebuah tangisan yang begitu keras sering menandakan tidak hanya dari intensitas tangisannya melainkan berapa jumlah jeda atau berapa banyak anak bernafas disela-sela tangisannya.
  2. Ketika anak bertambah usianya, mereka membuatsuaradan Padaawalnya,anakmembuatsuara vokalpada satubulanmereka (misalnya, ooohh, “” ahhh”).  Pada  usia  4 atau5 bulan, mereka mulaimenggunakanbagian belakang tenggorokanmereka untuk membuatsuarakonsonan.  Padasekitar usia12bulan, mereka terhubung  ucapan vokaldankonsonan secara bersama-sama, jenisucapan ini disebutlallation (misalnya, “mamama”).  Urutan suku kata konsonan/ vokal ini mencapai sekitar setengah dari suara tangisan bayi dari usia 6 sampai 12 bulan.
  3. KemampuanBalita untuk memahami bahasajauh lebihmajudaripadakemampuan mereka untuk menghasilkan bahasa(yang ekspresif}. Antara8bulan dan1½tahun, bayimenggunakanistilahyang ekspresif, dengan intonasi bahasa. Pada waktu yangsama, bayimulaimenggunakan kata-katatunggal(holophrases) yang dapat dimengertidengan yang lain.
  4. Balitadan anak usia 3tahun cenderung memahami ucapan, kata yang dihubungkan bersamatanpa ada akhirkata kerja(misalnya, -ed, -ing), kata penghubung  (misalnya, dan), kata keterangan(misalnya, pada, di), dan kata ganti(misalnya, aku, dia).  Meskipunbahasa anakbervariasi, balitamudah menerima(mendengarkan) kosakata(Griffiths, 1986).  Pada usia duatahun anak hanya belajarbagaimanaberkomunikasidanbiasanya tidakmemperpanjangpercakapan berulang-ulang  dan janganmempertahankantopik yang sudahlama.

Bayi–bayi secara efektif mengeluarkan suara sejak ia dilahirkan.  Tujuan berkomunikasi awal ini adalah menarik perhatian pengasuh-pengasuhnya dan orang-orang lain dalam lingkungannya.

Menurut Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old & Ruth Duskin Feldman, karakteristik perkembangan bahasa anak sebagai berikut:

  1. Lahir, dapat mengenali percakapan, menangis, membuat semacam respon terhadap suara.
  2. Rentang usia1 ½ sampai 3 bulan, mengeluarkan suara “uuu” dan tertawa. Pada usia 3 bulan, bermain dengan suara biacara (speech sound).
  3. Rentang usia 5 sampai 6 bulan, membuat suara konsonan, mencoba untuk menyesuaikan dengan apa yang ia dengar.
  4. Rentang usia 6 sampai 10 bulan, mengoceh huruf konsonan dan vokal. Pada usia 9 bulan, menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi dan bermain gerakan tubuh, sedangkan pada usia 9 sampai 10 bulan, mulai memahami kata (biasanya adalah kata “jangan” dan namanya sendiri) meniru suara.
  5. Rentang usia 10 sampai 12 bulan, tidak lagi dapat membedakan suara yang bukan berasal dari bahasa ibu. Pada usia 9 sampai 12, menggunakan sedikit gerak tubuh sosial.
  6. Rentang usia 10 sampai 14 bulan, mengucapkan kata pertama (biasanya nama sesuatu).
  7. Rentang usia 10 sampai 18 mengucapkan kata tunggal. Pada usia 13 bulan, mulai memahami fungsi simbolis penamaan, menggunakan gerakan tubuh yang lebih rumit, sedangkan pada usia 14 bulan, menggunakan gerak tubuh simbolik
  8. Rentang usia 16 sampai 24 bulan, belajar banyak kata baru, mengembangkan kosakata dengan cepat dari mulai 50 kata menjadi 400 kata, menggunakan kata kerja sifat. Pada usia 18 sampai 24 bulan, mengucap kalimat pertama (dua kata). Pada usia 20 bulan semakin sedikit menggunakan gerak tubuh, lebih banyak menamai benda. Pada usia 20 sampai 22 bulan memiliki ungkapan  yang komprehensif, sedangkan pada usia 24 bulan menggunakan banyak frasa dua kata, tidak lagi mengoceh, ingin berbicara.
  9. Rentang usia 30 bulan, belajar kata baru hampir setiap hari, berbicara dengan kombinasi dua atau tiga kata dengan baik.
  10. Rentang usia 36 bulan, mengucapkan 1000 kata, 80 persen dapat dimengerti, membuat beberapa kesalahan dalam sintaksis.

 

  1. Karakteristik Kognitif AUD

Membangun pengetahuan dalam perkembangan kognitif merupakan salah satu dari aspek perkembangan anak usia dini. Kemampuan kognitif anak usia dini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf.  Piaget (1896-1980) dalam Christiana Hari Soetjiningsih mengemukakan karakteristik perkembangan kognitif berdasarkan tahapannya.

  1. Sensori-motorik (0-2 tahun)

Intelegensi nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai respon.  Awalnya refleks, kemudian ada diferensiasi yang jelas antara subjek dan objek. Terjadinya permanensi objek dan ada proses desentrasi.

  1. Pra-operasional (2-7 tahun)

Penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung), bayangan dalam mental, berpikir egosentris, centralized (memusat), irreversible (tidak dapat dibalik), terarah statis.

  1. Operasional konkret (7-11 tahun)
  2. Operasional formal (11 tahun keatas)

 

  1. Tori Perkembangan Bahasa dan Kognitif AUD
  2. Teori Perkembangan Bahasa

Menurut pendapat Chomsky dalam buku perekembangan anak (Christiana Hari Soetjiningsih, 2012), tahapan perkembangan bahasa terbagi menjadi beberapa bagian:

  1. Teori Nativis

Para ahli nativis berpendapat bahwa bahasa merupakan pembawaan dan bersifat alamiah. Mereka menekankan adanya peran evolusi biologis dalam membentuk individu menjadi makhluk linguistik. Dalam belajar bahasa, individu memiliki kemampuan tata bahasa bawaan untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu seperti fonologi, sintaksis, dan semantik, yang tidak dipengaruhi oleh intelegensi maupun pengalaman individu.

Para ahli nativis meyakini bahwa kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh kematangan seiring dengan pertumbuhan anak. pandangan para ahli nativis yang memisahkan antara belajar bahasa dengan perkembangan kognitif dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak belajar bahasa dari lingkungan sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk mengubah bahasanya jika lingkungannya berubah.

 

  1. Teori Behavioristik

Para ahli teori behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa kemampuan apapun. Dengan demikian anak harus belajar (dalam hal ini belajar berbahasa) melalui pengkondisian dari lingkungan, proses imitasi, dan diberikan reinforcement (penguat).

Para ahli perilaku menjelaskan beberapa faktor penting dalkam mempelajari bahasa yaitu imitasi, reward, reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku. Skinner memandang perkembangan bahsa dari sudut stimulus-respon, yang memandang berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan. Bandura memandang perkembangan bahasa dari sudut teori belajar social. Ia berpendapat bahwa anak belajar bahasa dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu model yang berarti tidak harus menerima penguatan dari orang lain.

Pandangan behavioristik dikritik berkenaan dengan kenyataan bahwa anak pada suatu saat dapat membuat suara-suara baru dalam awal perkembangan bahasanya, dan dapat membentuk kalimat-kalimat baru yang berbeda dari yang pernah diajarkan padanya.

  1. Teori Pragmatik

Teori pragmatik bertitik tolak dari pandangan bahwa tujuan anak belajar bahasa adalah untuk bersosialisasi dan mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya.

Teori pragmatik berasumsi bahwa anak belajar bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka peroleh. Haliday (dalam Bromley, 1995) menganalisa cara anak mengembangkan bahasa awal melalui interaksi dengan orang lain sebagai bahasa instrumental, bahasa dogmatis, bahasa interaksi, bahasa personal, bahasa heuristic, bahasa imajinatif, dan bahasa informatif.

  1. Teori Interaksionis

Kajian tentang teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan perpaduan faktor genetik dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara bersamaan. Para ahli interaksionis menjelaskan bahwa berbagai faktor seperti sosial, linguistik, kematangan, biologis dan kognitif, saling mempengaruhi, berinteraksi, dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu.

  1. Tahapan Perkembangan Bahasa

Menurut Mangantar Simanjuntak dan Soenjono Dardjowidjojo dalam Suhartono, tahap perkembangan bahasa terbagi menjadi 6 (enam), yaitu: Tingkat Membabel Usia (0-1 Tahun)

Pada tingkat membabel dibagi menjadi dua yakni cooing atau mendekut dan babbling atau membabel. Masa mendekut berlangsung pada umur 0-6 bulan anak membunyikan bunyi bahasa sedunia.  Sedangkan masa membabel berlangsung pada umur 6 bulan-1 tahun.  Pada masa ini anak sudah mulai mengarah untuk mengucapkan pola suku kata konsonan vokal.

  1. Masa Holof rasa (1-2 tahun)

Pada masa ini anak-anak mengucapkan satu kata dengan maksud sebenarnya menyampaikan sebuah kalimat, misalkan cucu yang berarti susu.

  1. Masa ucapan dua kata (2-2,6 tahun)

Pada masa ini anak mulai mampu mengucapkan dua kata, contohnya: ma dan susu yang artinya mama saya minta susu.

  1. Masa Permulaan Tata Bahasa (2,6 – 3 tahun)

Anak mulai menggunakan bentuk bahasa yang rumit seperti penggunaan afiksasi. Kalimat yang diucapkan pada umumnya adalah kalimat yang berisi kata inti saja tidak terdapat kata tugas.

  1. Masa Menjelang tata bahasa dewasa (3-4 tahun)

Anak sudah mampu menghasilkan kalimat yang rumit, menggunakan imbuhan secara lengkap dan mempunyai subjek, predikat, dan objek bahkan keterangan yang telah diperlukan.

  1. Masa Kecakapan Penuh (4-5 tahun)

Pada masa kecakapan ini anak yang normal telah mempunyai kemampuan berbicara sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam bahasa ibunya.

 

  1. Teori Perkembangan Kognitif
  2. Teori Kognitif

Teori kognitif bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan dengan kecenderungan berperan aktif terhadap lingkungannya, dalam memproses suatu informasi, dan dalam menyimpulkan tentang struktur bahasa. Bahasa dipelajari sebagai hasil dari peran aktif anak dalam proses belajar tersebut (Bromley, 1992).

Piaget berpendapat bahwa berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang secara progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran.

Vigotsky (1986) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak  berkaitan erat dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan.

Para ahli kognitif meyakini adanya peran hubungan antara anak, orang dewasa, dan lingkungan sosialnya dengan perkembangan bahasa anak. Teori kognitif berkenaan dengan pandangan bahwa bahasa memiliki pengaruh yang kecil terhadap perkembangan kognisi. Pandangan ini bertentangan dengan penelitian yang membuktikan bahwa pengetahuan baru dapat diperoleh seseorang melalui berbicara dan menulis.

Piaget mengelompokkan tahap perkembangan kognitif individu menjadi empat tahap yang secara kualitatif berbeda, yaitu:

  • Tahap sensoris motorik (0-2 tahun)

Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan-tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik. Seorang bayi berkembang dari tindakan refleksif, instingtif. Pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal pada akhir tahapan ini.

  • Tahap pra-operasional (2-7 tahun)

Anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunakan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan ini, seperti egosentrisme dan sentralisasi.

 

  • Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Anak mampu berfikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi).

  • Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)

Remaja berfikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis (hipotesis-deduktif).

Piaget mengemukakan bahwa tahap-tahap ini saling berkaitan dan urutan tahap tidak bisa ditukar atau dibalik, tetapi tahun terbentuknya tahap tersebut dapat berubah-ubah menurut situasi/kondisi masing-masing individu.

John W. Santrock (2007) mengemukakan perbedaan pandangan perkembangan kognitif anatara piaget dan vygotsky.

 

  Vygotsky Piaget
Tahapan Tidak ada tahapan umum perkembangan yang diusulkan Penekanan kuat pada beberapa tahapan (sensosimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal)
Proses kunci Zona perkembangan proksimal, bahasa, dialog, alat-alat budaya Skema, asimilasi, akomodasi, operasi, konservasi, klasifikasi, pemikiran hipotesis deduktif
Peran bahasa Sangat penting, bahasa memiliki peran kuat dalam menjalankan pemikiran Bahasa memiliki peran minimal, kognisi secara penuh mengarahkan bahasa
Pandangan terhadap pendidikan Pendidikan memegang peranan penting dalam membantu anak mempelajari alat-alat budaya Pendidikan hanya menyempurnakan keahlian kognitif anak

 

Bahasa sebagai suatu sistem kognitif

  1. Hubungan Perkembangan Bahasa Dengan Kognitif

Banyaknya pendapat atau teori baik dari para ahli dibidang perkembangan anak maupun dibidang bahasa yang terdapat pro dan kontra terhadap masalah hubungan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa tetapi sebagian besar menyetujui bahwa adanya hubungan yang erat antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa anak. Hal ini tergambar jelas pada kedua grafik di bahwa pada usia 36 bulan atau 3 tahun anak dapat menguasai kurang lebih 1000 kata, hal ini sejalan dengan perkembangan fungsi kognitif pada otak anak yang berusia 3 tahun lebih dari 50% fungsi otak mengalami perkembangan yang pesat juga.

Pendapat kami diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang ahli perkembangan anak yaitu Vygotsky  bahwa bahasa mempunyai peranan yang sangat penting terhadap proses berpikir anak. Dengan bahasa anak dapat lebih mudah memahami suatu informasi maupun kemampuan yang baru, penggunaan private speech saat anak melakukan suatu kemampuan yang baru maka akan terjadi inner speech yaitu pemikiran-pemikiran pribadi anak. Hal tersebut membuktikan bahwa peranan bahasa dan perkembangan kognitif anak mempunyai peran yang besar. Anak-anak yang melakukan private speech lebih penuh perhatian dan dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dari pada anak yang tidak melakukan private speech.

Terdapat pula sebuah eksperimen yang menunjukan begitu eratnya bahasa dalam perkembangan hidup bagi individu. Pada abad ke– 13 kaisar Jerman Frederick II memilih beberapa bayi mengancam pengasuh dengan hukuman mati jika mereka mengajak bicara bayi-bayi itu, dan ternyata pada bayi-bayi itu tidak ditemukan bahasa karena semua mati. Hal tersebut menunjukkan kaitan erat penggunaan bahasa dengan perkembangan otak individu atau anak. Dikisahkan pada banyak kasus yang telah terjadi dan hal ini menunjukkan betapa berhubungan eratnya pengaruh bahasa terhadap kognisi anak. Pada kisah Genie gadis berusia 13 tahun yang terisolasi total, komunikasi dari ayahnya hanya berupa eraman dan hentakan. Genie tidak dapat berdiri tegak dan berbicara. Setelah mendapat rehabilitasi ekstensif Genie sudah dapat berbicara dengan tiga kata yang disusun menurut tata bahasa yang kacau, dan juga Genie tidak belajar menanyakan pertanyaan. Hal ini disebabkan pada saat terjadinya lonjakan tinggi pada perkembangan otak pada masa kanak-kanaknya Genie tidak mendapat stimulus melalui komunikasi bahasa yang baik sehingga perkembangan kognisi, fisik dan bahasa tidak seperti anak pada umumnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Dalam aliran nativisme mengatakan bahwa perkembangan berbahasa ditentukan oleh faktor-faktor keturunan yang dibawa sejak lahir yang diturunkan oleh orangtuanya. Sementara itu, aliran empirisme atau behaviorisme berpandangan sebaliknya, bahwa perkembangan kemampuan berbahasa seseorang itu tidak ditentukan oleh bawaan sejak lahir melainkan ditentukan oleh proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Dari kedua aliran tersebut ada aliran yang lebih moderat yaitu aliran konvergensi. Aliran ini mengajukan pandangan yang merupakan kolaborasi  dari  faktor bawaan dan pengaruh lingkungan.

Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Kemampuan berbahasa seseorang banyak dipengaruhi oleh kapasitas kemampuan kognitifnya. Selain itu, faktor lingkungan  yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah besarnya kesempatan yang diperoleh untuk melakukan proses belajar dari lingkungannya. Individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang kaya kemampuan berbahasanya, akan memiliki kesempatan yang lebih banyak dan bagus dalam mengembangkan kemampuan bahasanya, sedangkan individu yang banyak berinteraksi dengan lingkungan yang miskin atau kurang kemampuan berbahasanya, akan cenderung terbatas pula kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bahasanya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa:

  1. Kognisi

Tinggi-rendahnya kemampuan kognisi individu, akan mempengaruhi cepat-lambatnya perkembangan bahasa individu tersebut.

  1. Pola komunikasi dalam keluarga

Keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa anggota keluarganya dibandingkan yang menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.

  1. Jumlah anak atau anggota keluarga

Keluarga yang memiliki jumlah anak atau anggota keluarga yang banyak akan mempercepat perkembangan bahasa anak, karena di dalamnya akan terjadi komunikasi yang bervariasi daripada keluarga yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga lainnya selain keluarga inti.

  1. Posisi urutan kelahiran

Seorang anak yang posisi urutan kelahirannya di tengah akan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak sulung dan anak bungsu, karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas dan ke bawah, sedangkan anak sulung hanya memiliki arah komunikasi ke bawah, sedangkan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.

  1. Kedwibahasaan (bilingualism)

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada yang hanya menggunakan satu bahasa, karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya : di dalam rumah dia menggunakan bahasa Sunda dan di luar rumah dia harus menggunakan bahasa Indonesia, dan demikian pula dari bahasa lain.

 

  1. Dasar Neurologis bagi Bahasa

Sebuah studi ilmiah awal pada tahun 1861, seorang dokter bedah prancis yang masih berusia muda bernama Paul Broca melakukan observasi terhadap seorang pasien yang mengalami paralisis di sebelah sisi tubuhnya, yang sekaligus mengalami hilangnya kemampuan berbicara sebagai akibat kerusakan neurologis. Broca melakukan pembedahan dan menemukan cedera di bagian lobus frontalis kiri otak pasien, sebuah area yang selanjutnya dikenal sebagai area Broca. Studi-studi selanjutnya mendukung observasi Broca bahwa area frontal kiri memang terlibat dalam kemampuan berbicara.

Pada tahun 1875, Carl Wernicke dalam sebuah studi kasus klinis yang lain menemukan suatu cedera di lobus temporalis kiri yang mempengaruhi pemrosesan bahasa, namun dampak kerusakan tersebut berbeda dengan kerusakan yang ditimbulkan akibat cedera di area Broca. Area Broca terlibat dalam produksi bahasa (language production), sedangkan area Wernicke terlibat dalam produksi pemahaman bahasa (language comprehension). Kerusakan di area Wernickle mengurangi kemampuan pasien yang bersangkutan untuk memahami kata-kata lisan dan tulisan, namun pasien tersebut masih mampu berbicara secara normal. Dengan kata lain, orang-orang yang mengalami kerusakan di area Wernickle masih mampu berbicara, tetapi tidak mampu memahami ucapan orang lain.

  1. Proses penerimaan bunyi sehingga menjadi bahasa

Otak ternyata mempunyai fungsi masing-masing, bagian otak yang berfungsi untuk menghasilkan bunyi ujaran adalah bagian otak yang dinamakan Broca Area sesuai dengan nama penemunya Paul Broca seorang ahli bedah dari Perancis. Sedangkan bagian otak yang berfungsi untuk memahami ujaran atau bunyi dinamakan bagian Wernicke Area.

Ketika individu mendengar bunyi ujaran melalui telinga, bunyi tersebut disampaikan pada bagian syaraf yang terdapat pada Wernicke Area. Setelah mengalami proses pada area tersebut, kemudian individu memahami maksud ujaran, lalu  syaraf melanjutkan ke bagian Broca Area yang berfungsi menghasilkan bunyi atau ujaran sebagai respon dari bunyi atau ujaran yang didengar.

Demikian hal yang terjadi pada anak usia dini. Anak usia dini mendengar bunyi ujaran dari lingkungannya, yang kemudian direspon hingga mereka menghasilkan bunyi ujaran itu sendiri. Pada awal usia perkembangan kognitif dan perkembangan alat ucap mereka, bahasa yang mereka hasilkan belum dapat dipahami tetapi seiring dengan lonjakan perkembangan kognitif anak maka bunyi ujaran/kata yang dihasilkanpun juga mengalami lonjakan yang sangat cepat. Produksi bahasa dipengaruhi oleh bekerjanya otak hemisfer kanan karena tanpa adanya kerja hemisfer kanan maka bahasa yang dihasilkan datar tanpa ekspresi

 

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003. Psikolinguistik. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya

Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa.  Jakarta: Universitas Terbuka

Indriati, Etty. 2011. Kesulitan Bicara & Berbahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group

Jalongo, Mary Renck.  Early ChildhoodLanguage Arts. 2007. United States of Amerika: Pearson Education, Inc

Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mel, Silberman, 2007. Active learning-101 Strategies to teach any subject. USA Massachusetts: A Silmon & Schuster Company. Sonawat, Reeta dan Jasmine Maria.Language Development For Preschool Children. Mumbai: Multitech Publishing Co.

Owens, Robert. 2012. Language Development an Introproduction. New Jersey: Pearson Education, Inc

Papalia, Diane. E. 2010. Human Development (Edisi Kesembilan). Jakarta: Prenada Media Group

Santrock, Jhon W. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Kesebelas. Jakarta: Gramedia

Soetjiningsih, Christiana Hari. 2012. Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir. Jakarta: Prenada Media Group

Solso Robbert, dkk. 2007. Psikologi Kognitif Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga

Susanto, Ahmad. 2011.  Perkembangan Anak Usia Dini, Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Prenada Media Group.

Definisi Bahasa dan Kognitif

Tinggalkan komentar